Maksimalkan Setiap Waktu & Kesempatan

Tulisan ini saya buat untuk tetap menyemangati para wanita hebat yang menjadi wanita karir dan seorang ibu dalam waktu bersamaan.

Pada saat masih menyandang status wanita bekerja, orang mengenal saya sebagai seorang karyawan yang galak dan tegas. Saya akan selalu mengingatkan team kerja untuk menepati waktu. Memanfaatkan waktu kerja dengan efisien tanpa mengurangi hasil yang diciptakan. Bagi saya kerja lembur terlampau sering itu tidak bagus. Tidak baik untuk diri sendiri dan keluarga. Selama saya masih bisa mengatur urusan rumah dan keluarga dengan cukup baik, saya akan berjalan terus dengan prinsip saya. Tidak boleh ada yang dirugikan baik itu pekerjaan maupun keluarga. Sesekali memang ada saja yang berkomentar agak pedas di kuping. Tetapi itu membuat saya selalu eling jika saya harus tetap melaksanakan kewajiban di dua tempat dengan adil dan bijaksana. 

Karena sesungguhnya hidup ini hanyalah tentang prioritas.  

Sebagian mungkin mengerti sikap saya, dan sebagian lagi mungkin mencibir. Entahlah, tetapi saya tidak mau menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak memberi pengaruh positif kepada saya. Saya tidak mau terlalu larut dalam penilaian orang lain. Saya tidak perlu menyenangkan pandangan orang lain. Saya terus bergerak menjadi diri saya sendiri. Dengan tetap menyelesaikan semua kewajiban dan menjaga niat baik, saya yakin alam semesta akan memberkati semua usaha saya. 

Sehebat apapun posisi karir kita, ada hal-hal yang tidak bisa kita lepaskan. Tugas sebagai seorang istri, sebagai seorang anak, sebagai seorang menantu, ataupun seorang ibu, dari sebuah keluarga yang kita bentuk sendiri. 
Bagaimana tidak, suami yang mendampingi kita adalah pilihan kita sendiri. Anak-anak pun hadir sebagai hasil dari kesepakatan kita bersama. 

Dengan segenap keyakinan kita sudah mengambil sebuah pilihan penting. Maka ketika lelah menghampiri setiap tugas-tugas itu, ingatlah kembali kepada semangat yang membara ketika kita memutuskan untuk memulainya. 
Tidak ada yang mudah. Semua perjuangan membutuhkan waktu dan tenaga lebih. 

Wanita bukan hanya sebatas rahim dan susu. 
Ketika seorang wanita telah menghadirkan anak-anak ke dalam sebuah keluarga, bukan berarti dia tidak mempunyai keinginan untuk mewujudkan mimpinya sendiri. Berkarir disebuah perusahaan misalnya, menekuni hoby/kegemaran, atau sukses dalam sebuah bisnis. 

Berprestasi di tempatnya bekerja atau usaha yang digeluti juga merupakan sebuah kebahagian lain yang diimpikan seorang wanita.

Apakah perjuangan itu akan sama dengan seorang suami?
Jawabannya adalah ya dan tidak. Semua tergantung kepada kesepakatan kedua belah pihak. Wanita yang bekerja diluar rumah tetap bertanggung jawab kepada kondisi rumah dan keluarganya. Urusan anggota keluarga, dapur, kebersihan rumah, cuci mencuci pakaian, keagamaan dan adat. Suami cenderung lebih bertanggung jawab kepada ketersediaan dana untuk kelangsungan hidup sebuah keluarga. 

Suami yang penuh pengertian akan menjadi partner istrinya disegala bidang diseumur hidup mereka. Ketika seorang ibu harus menyusui sambil bekerja, suami dapat menemani saat-saat istrinya harus menyusui atau memerah ASI. Suami dapat sekedar menyiapkan bekal makanan, menghadiahkan sebuah majalah, atau memijat istri yang sedang menyusui. 
Anak-anak tidak harus disusui disepanjang hidup mereka. Maka masa-masa itupun akan berlalu dengan cepat.

Cara-cara yang dilewati dalam menemani tumbuh kembang anak-anak juga terus berkembang sesuai usia mereka. Ketika di usia PAUD sampai dengan SMA anak-anak butuh waktu lebih banyak dengan orang tuanya, penuhi saja kebutuhan itu.  Dengan perjuangan ekstra tentunya. Sampaikan dengan jujur jika sesekali kita tidak bisa hadir ditengah mereka. Tapi bukan dengan cara menghindarinya. Tanpa harus diceritakan pun, anak-anak dapat melihat usaha orang tuanya sendiri. 

Berusaha menyempatkan makan siang bersama anak-anak di rumah atau di sekolah mereka bisa menjadi pilihan bijak untuk menambah bounding. Menepati janji untuk menjemput anak-anak sepulang sekolah juga memberi pengaruh positif kepada mereka. 

Pengalaman sering memeluk ibu dari belakang sambil bercerita di atas sepeda motor yang sedang melaju akan menjadi kenangan indah di masa dewasa mereka nanti. Nikmati saja masa-masa itu dengan rasa syukur, walau harus tetap berpacu dengan waktu kerja. 

Karena akan sampai pada waktunya ketika kita menyadari anak-anak sudah mulai asyik dengan teman-temannya. Waktu tidak memberi kita kuasa untuk diputar ulang. Pastikan jika saat anak-anak sudah mulai mandiri, sebagai orang tua kita pun kembali menikmati masa-masa pacaran dan berbulan madu kedua.

TETAP SEMANGAT PARA ORANG TUA TANGGUH
SEMESTA AKAN SELALU MEMUDAHKAN USAHAMU

 

1 Post a Comment


EmoticonEmoticon