REFLEKSI MENYAMBUT TAHUN BARU 2023 (BAGIAN 2)


KEKUATAN CINTA KETIKA MEMBERI

(Sebuah Refleksi Menyambut Tahun Baru 2023)

 

“Bukan soal berapa jumlah yang Anda berikan, tetapi seberapa besar cinta yang Anda muat ke dalam pemberian itu”

(Ibu Teresa, 1910 – 1997)

 

Ungkapan indah dari seorang Ibu Teresa, pemenang Nobel Perdamaian yang dikenang dunia sepanjang masa. Beliau bekerja dengan cinta, menyampaikan cinta, menyebarkan cinta bahkan kepada tempat-tempat yang tidak pernah Beliau temui, kita dimasa kini misalnya.

Saya tidak pernah berjumpa dengan Ibu Teresa, tetapi kekuatan cintanya sampai kepada saya, mungkin juga kepada Anda. 

 

Begitulah hebatnya cinta itu, daya yang paling dasyat di jagat raya ini, yang mampu melipat gandakan kekuatan kepada mereka-mereka yang mempercayainya.

 

Pada dasarnya mahluk hidup lebih mengenang rasa daripada kuantitas.

Maka ketika kita memberi sesuatu kepada orang lain, kemungkinan besar jumlah dan angkanya tidak melekat dalam memori, tetapi perasaan saat menerimanya, seberapa besar rasa cinta kita saat memberi, itu yang akan melekat ke dalam ingatan.

 

Maka terkadang kita mendengar seseorang berkata,

Saya akan mengingat kebaikanmu sampai kapanpun.

 

Pernahkah Anda mendoakan seseorang yang baru saja ditemui, tetapi Anda sudah merasakan kebaikannya kepada Anda?

Seseorang yang tidak Anda kenal, tetapi sudah membantu Anda menyeberang jalan misalnya, menunjukkan arah tempat tujuan Anda, atau seorang pelayan toko yang membantu mencarikan barang yang Anda butuhkan.

 

Dengan rasa syukur kemudian Anda memohon kebaikan, kesehatan, keselamatan, kelimpahan, atau apa saja hal-hal baik yang Anda mohon kepada Tuhan untuk orang tersebut.

 

Tanpa disadari ketika kita mendoakan kebaikan untuk orang lain, maka kita sedang mendoakan diri sendiri. Karena pada saat mengharapkan kebaikan untuk orang lain, maka kita sedang menarik kebaikan lain untuk datang menghampiri kita.

 

Maka jangan khawatir, sekecil apapun kebaikan yang kita berikan, ketika kita melakukannya tanpa pamrih, maka ia akan menciptakan riak-riak kebaikan berikutnya. 

Akan ada kejutan-kejutan menyenangkan yang susul menyusul hadir dalam kehidupan (sebuah teori yang hanya akan dirasakan jika sudah mempraktekkannya)

 

Apa yang Anda berikan akan setara dengan apa yang kembali Anda terima. 

Sebuah hukum semesta yang bagi kaum Hindu menjadi dasar kehidupan. Hukum Karmapala juga dikenal sebagai hukum sebab akibat. Alam semesta akan terus mencari posisi seimbang. Dia akan mengembalikan kepada Anda apa saja yang sudah Anda berikan kepadanya, tanpa pengurangan.

 

Nyatanya masih saja ada yang mampu berpura-pura kemudian berlindung dibalik kata cinta itu sendiri. Dengan alasan cinta dan kasih sayang kemudian merasa benar dan berhak untuk menyakiti pihak lain, mencurigai orang lain, bahkan sampai menuduh orang lain sebagai penyebab kemalangan hidupnya. Dengan percaya diri kemudian memaksa orang lain agar bertanggung jawab untuk apa yang dia terima dalam hidup.

 

Tanpa disadari, mereka sedang menggandakan kekuatan buruk yang akan berbalik kepada mereka sendiri. 

 

Sebaik-baiknya kita memakai topeng dan berlindung dibalik kata cinta, akan tiba waktunya cinta itu menjelaskan siapa dirinya.

 

Bagi saya, proses belajar tidak akan pernah usai sebelum perjalanan itu selesai.

Niat baik akan diucapkan dan dilakukan dengan baik pula.

Karena niat baik yang diucapkan akan menjadi komitmen.

Komitmen yang konsisten dilakukan akan menjadi kenyataan.

Karena itu mari kita menjaga niat baik tetap menjadi panduan dalam mengarungi Semesta yang Maha Luas ini.

 

Love you Universe




 

Read More

REFLEKSI MENYAMBUT TAHUN BARU 2023 (BAGIAN 1)

 


KETIKA SEMESTA MENCINTAIKU

(Sebuah Refleksi Menyambut Tahun Baru 2023)

 

Satu hal yang harus dilakukan untuk memiliki sesuatu yang kita cintai adalah mempercayainya. Satu hal yang harus dilakukan ketika mempercayai adalah meyakininya. Dengan keyakinan maka kita akan berusaha untuk mencapainya. Pada kondisi ini, kita sudah berada pada sebuah lingkaran yang baik.

 

Berhati-hatilah saat meyakini sesuatu. Pastikan jika hal yang sedang diyakini itu adalah positif. Bisa dibayangkan jika yang sedang diyakini adalah hal yang buruk, maka kita akan berputar-putar pada pusaran yang menyakitkan.

 

Menjalani tahun demi tahun dalam kehidupan kita sudah pasti tidak ada yang sama setiap detiknya. Menyenangkan terus atau menyedihkan terus. Bahagia dan gembira datang silih berganti. Ketika kita mampu memahaminya dengan baik dan bijaksana maka pada fase sedih kita masih tetap mampu melihat sisi baiknya.

 

Kaki seorang anak tersandung batu. Tangisan pun pecah menyayat kalbu. Siapa yang hatinya tidak terluka melihat buliran demi buliran air mata membasahi pipi mungilnya. Tetapi sang ibu segera datang memeluk, mengusap air mata, dan menanyakan apa yang terjadi.

Lutut yang tergores sangatlah perih. Sang ibu memeriksa kondisi luka kemudian memberikan pertolongan. Goresan pada kulit lembutnya dibersihkan dengan antiseptic kemudian diberi obat agar tidak infeksi. Kasih sayang sang ibu mengalir bak air sungai dengan arus yang tenang. Sesekali sang ibu meniup luka dan memberi penghiburan. 

“ Syukurlah, hanya luka goresan. Beruntung kulitmu tidak sampai robek apalagi sampai patah tulang. Terima kasih Tuhan, luka ini akan segera sembuh, dan kita bisa bermain lagi!” seru sang ibu sambil tersenyum.

 

Apa yang terbayang ketika ucapan itu selesai disampaikan?

Anak akan tersenyum diantara sakitnya. Dalam proses menerima sebuah kejadian sebagai suatu kenyataan yang harus diterima, sang ibu tetap mengajaknya bersyukur bahkan untuk sebuah luka yang baru saja terjadi. Mengucapkan terima kasih pada kejadian yang tidak menyenangkan tetapi masih diberi kekuatan untuk melaluinya.

 

Coba dibayangkan jika sang anak tetap bersikukuh untuk bertahan pada sikap menolak lukanya, membenci kejadian yang sudah terjadi, menyesali dirinya sendiri yang sudah salah melangkahkan kaki, dan seterusnya. 

Coba bayangkan jika sang ibu justru membakar suasana dengan kata-kata yang buruk. Menyalahan dan memaki yang dianggap sebagai sumber masalah.

Maka bukan kesembuhan yang akan didapat, melainkan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi. Jika sang anak marah kemudian menendang batu yang dianggapnya sebagai sumber masalah, kemungkinan besar akan terjadi luka baru yang lebih besar.

 

Maka ketika kita mendapatan kejadian buruk, perasaan buruk atau perasaan tidak senang, jangan memberi kekuatan kepada perasaan itu, apalagi sampai mencurahkan waktu dan tenaga untuk memberi energi besar kepadanya. Semakin kuat kita membenci sebuah kejadian atau perasaan buruk, maka semakin kuat pula ia akan menyakiti kita.

 

Jika ada orang-orang bersikap buruk dan menekan kita dengan tingkah mereka, jalan terbaik adalah segera membuat pilihan untuk menjauh, meninggalkan mereka, dan memutuskan pengaruh negatif tersebut.

Bagi mereka yang selalu berpikir negative, apapun yang kita lakukan akan salah dimata mereka. Tidak ada untungnya berjuang untuk membuat mereka paham akan maksud dan sikap baik kita. Selalu ada pilihan untuk menjaga diri dan perasaan kita tetap positif.

 

Karena hanya orang-orang “hebat” yang mampu menertawakan kegagalan, mengevaluasi kesalahan, lalu memperbaiki diri.

 

Orang-orang itu adalah kita!




Read More

Setangkai Kamboja di Pemakaman

Setangkai Kamboja di Pemakaman



        “Pergilah dengan damai dan nikmati kebebasan yang sudah lama Kau nantikan,” bisikan penuh kasih sayang itu terbang menghampiri telinga yang telah lama mati. Perempuan dengan wajah pucat terbujur kaku di atas bale-bale rumah itu masih menyuguhkan senyum sejak hembusan napas terakhirnya.

Beberapa keluarga mulai berdatangan menyampaikan bela sungkawa. Raut muka sembab menyiratkan sisa tangisan yang baru saja disudahi. Sebagian besar dari mereka lebih memilih tidak bertanya tentang jasad pucat yang ditutupi kain batik bercorak burung cendrawasih. Para tetangga ataupun kerabat yang datang merasa jika diam jauh lebih baik daripada melempar tanya yang sangat mungkin mengundang luka sang empunya rumah.

        “Dimana anak dan suaminya?” Pak Hasan menepuk pundak Desti. Orang-orang menoleh kearah datangnya suara. Satu-satunya yang membuka mulut itu adalah Ketua RW setempat.

        “Belum kembali dari Singapura. Mereka akan segera tiba dengan penerbangan terakhir malam ini,” Hening menjawab pertanyaan itu dengan wajah datar. Semua kembali terdiam, sementara langit semakin gelap digelayut mendung.

Lantunan doa-doa dan ayat suci mulai terdengar. Cuaca redup masih menguasai. “Aku cemburu kepada awan gelap itu, sungguh bahagia mereka berarak bebas di langit luas. Mengikuti angin yang membawanya berkelana. Jatuh ke bumi ketika dia menginginkannya,” Hening bergumam sambil menggenggam setangkai bunga Kamboja putih.

“Apa katamu?” tanya Desti dengan wajah kesal.

“Aku cemburu kepada awan gelap itu!” suara Hening mengejutkan para pelayat. Membalas pertanyaan Desti dengan raut kecewa, tanpa menoleh kepadanya. Serentak mereka yang mendengarnya mengalihkan pandangan pada kedua perempuan yang sedang berduka dibalik kerudung hitam.

“Diam Kau! Setelah pemakaman adikmu kita bicara!” hardik Desti kesal. Terbaca jelas jika perempuan itu marah karena Hening mulai menunjukkan keberanian melawannya.

“Baiklah! Aku pun bosan mengikuti maumu!” Hening mengangkat kedua kakinya dan pergi menuju ruang keluarga. Tangisannya kembali pecah. Tak seorang pun menyadari jika itu adalah luapan rasa tertekan yang bertahun-tahun sudah membelenggu hidupnya. Beberapa kerabat mendekati dan mengusap-usap lengan Hening. Berusaha mengingatkan jika tidak ada kehidupan yang abadi di dunia ini. Jika sesungguhnya tidak ada sesuatu yang benar-benar kita miliki seutuhnya. Rasa Ikhlas akan mendekatkan sedangkan penguasaan justru menjauhkan. 

            Seminggu telah berlalu sejak pemakaman Indah usai dilakukan. Hening mengemasi barang-barang, menurunkannya dari lantai dua dan meletakkannya di teras depan.

“Mau kemana?” tanya ibunya dengan raut muka heran.

Rupanya Desti telah menunggu keberanian Hening disalah satu kursi teras yang terbuat dari kayu cempaka.

“Aku tidak mau bernasib sama dengan adik perempuanku.” Hening menghempaskan tubuh pada kursi di samping Desti.

“Mengapa Ibu melahirkan kami?” Hening setengah berbisik.

“Pertanyaan apa itu?” Desti balik mengangkat kedua alisnya hingga berkerut hampir menyambung antara yang kiri dan kanan.

“Kau tidak menginginkan kami, jadi kupikir lebih baik aku pergi dengan baik-baik. Ahhhh, Ayah dan Indah pun sebenarnya pergi dengan baik-baik juga. Tapi aku tidak mau mengikuti cara mereka. Aku punya caraku sendiri.” Hening menarik kedua sudut bibirnya dengan berlawanan arah yang membentuk senyum getir. Senyuman yang hanya mampu dipahami olehnya sendiri.

         “Ayahmu hanya seekor buaya darat!” wajah Desti datar

         “Mungkin Ibu yang membuat Ayah berganti rupa. Pernahkah terpikir seperti itu?”

            Desti merasa pipinya ditampar keras oleh seorang perempuan muda yang dia lahirkan di masa lalu. Darah mengalir deras ke ubun-ubun yang mulai tipis. Sebagian rambut yang dulu lebat dan hitam legam telah memilih untuk merontokkan helainya. Pilihan yang terpaksa mereka lakukan karena lahan tempatnya bergantung semakin kering dari cinta.

            “Mungkin saja,” desis Desti pelan. Dengan penuh perjuangan dia mengumpulkan tenaga untuk melembutkan nada suaranya.

            “Sepertinya ini hari yang baik untuk kita berdua. Aku tidak mau kehilangan kesempatan emas ini. Sekarang hanya ada engkau dan aku. Singkirkan status ibu dan anak. Kita adalah dua sejawat yang lama tidak berjumpa,” Hening semakin rileks.

Ini kali pertama ia  dapat berbincang dengan lebih landai. Waktu yang tepat untuk bicara dengan wanita yang selama ini terlihat asing dimatanya. Wanita yang kerap menguasai medan percakapan hingga suaranya lebih terdengar sebagai perintah.

            “Kemana tujuanmu setelah ini?” tanya Desti polos.

            “Aku pun tidak tahu. Yang ada dalam pikiranku hanya keluar dari rumah ini terlebih dahulu. Nanti akan kupikirkan di jalan. Lagi pula untuk apa Ibu mengetahuinya. Setahuku Ibu hanya mementingkan pikiran dan perasaan diri sendiri saja,” Hening memperbaiki rambutnya yang dipermainkan angin sore.

            “Semoga Engkau berhasil mencapai harapanmu. Tapi sebaiknya pastikan dulu tempat yang akan kau tuju. Sebuah rumah kos? Atau kontrakan? Terserah. Yang penting kau ada di tempat yang aman.” Desti getir.

            Hening memandang lekat wanita asing disampingnya. Dia bukan Desti yang dikenal selama ini. Wajahnya masih tidak percaya dengan perubahan sikap ibunya sendiri.

    “Sejak kapan Ibu berpikir tentang kebaikanku?” Hening mengungkapkan rasa penasarannya akan sikap Desti.

            “Sejak Ibu merasakan gerakan pertama kalian dalam rahim, yang bentuknya kini semakin menyusut.” Desti semakin lunak.

            “Pernahkah kau katakan hal ini kepada Indah?” Hening makin tidak percaya.

            “Belum sempat kulakukan. Dia keburu sakit lalu pergi. Tidak ada kesempatan lagi untuk bertutur dengannya. Ibu sangat menyesalinya, dan tidak ingin mengulang cerita yang sama kepadamu.”

            Hening merasa tubuhnya terangkat keatas. Perempuan dua puluh lima tahun itu merasakan dirinya melayang-layang menerima siraman cinta yang lama tidak dia dapatkan. Kehilangan Indah bagai momentum besar dalam perubahan pandangan Desti. Semua terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. 

       “Mengapa baru kudengar semuanya hari ini, Bu?” Hening memanfaatkan waktu yang masih tersisa, sebelum dia pergi dari rumah. 

            “Sebaiknya kita tidak membahas tentang masa lalu. Kita tidak dapat merubah yang sudah terjadi,” Desti melipat kedua tangannya di dada sambil menghembuskan napas berat.

            “Masa lalu tidak bisa di rubah, tapi masa depan bisa diperbaiki,” Hening bangun dan mengangkat kursi yang sedang dia duduki. Perlahan memindahkannya kedepan kursi yang dipakai Desti. Tubuhnya makin merendah, kembali meletakkan pantatnya di kursi yang sama. Kedua tubuh ibu dan anak itu kini berhadap-hadapan.

            “Masa depanku sudah lenyap bersama kepergian Indah. Masa depanmu yang masih panjang. Temuilah adik iparmu. Peluk cucuku yang sudah dia rawat selama ini. Aku bersalah kepada mereka semua. Egoku membuat Indah pergi dalam kesepian yang dalam. Sekarang baru kusadari jika akulah yang memisahkan keluarga kecil itu.” Desti menutup kedua matanya dalam-dalam.

            “Kesepian sudah menjadi derita yang paling mengerikan. Bukannya menolong Indah yang tidak berdaya, aku justru membawanya kedalam kubangan yang sama. Aku merasa sangat bersalah kepada Eva. Dia akan mengenangku sebagai seorang nenek yang jahat.” Desti menitikkan air mata.

            Sore kembali sepi.

            Hening mulai bimbang antara meneruskan rencananya untuk pergi atau meneruskan perbincangan menarik itu. Dia belum mendapatkan jawaban atas perubahan sikap perempuan keras kepala yang ada dihadapannya. 

            “Ibu juga memisahkan aku dari Teguh!” Hening menatap lekat.

      “Kami masih saling mencintai. Dibelakangmu, kami melakukan pertemuan. Ibu tidak bisa mengurungku selamanya. Imajinasiku berkeliaran dijalanan. Mimpi kami tetap membara. Bukankah semua nasib ciptaan kita sendiri? Lalu mengapa keyakinan Teguh mengganggumu?” Hening kembali bersuara.

            Desti diam membisu. Ingatan melayang jauh kebelakang.

          “Indah mencintai suami dan anaknya. Singapura bukan negeri yang jauh. Hati Ibu yang jauh. Indah berhak menentukan nasibnya sendiri. Dekat dengan keluarga kecil yang dia cintai. Indah juga…,” belum selesai Hening melanjutkan.

           “Sudahlah! Dia sudah dimakamkan. Biarkan aku yang menanggung semuanya.” Desti menepuk dadanya sendiri.

         “Bukan Bu, yang menanggung sikap Ibu adalah Eva. Bersama waktu dan kesibukannya, Ayah Eva mungkin akan melupakan Indah. Tapi Eva… Dia akan mengenang Indah disepanjang napasnya. Merindukan wajahnya, suaranya, aroma tubuhnya, rindu semua dekapan Indah.” Hening bangun dan merapikan tas-tas bawaannya.

            “Aku yang paling tahu bagaimana cara menjaga Indah. Hanya Aku yang mampu merawatnya dari penyakit itu!” Desti mulai terisak.

            “Indah sudah berhasil melahirkan seorang Eva. Tidakkah itu cukup bagimu? Kalau memang Ibu yang paling hebat, lalu mengapa Indah mati juga?” Nada meninggi membulatkan tekad Hening untuk pergi. 

Rupanya kesadaran Desti belum cukup untuk menahan satu anaknya yang lain. Hening pergi membawa tas-tas yang berisi beberapa helai pakaian dan keperluan pribadinya ke ujung gang. Menjumpai seseorang yang sudah menunggunya dengan sabar. Baginya nasib adalah pilihan. 

Bunga-bunga kamboja bermekaran di halaman rumah yang didominasi warna putih. Semenjak kepergian Hening, lima tahun terasa melaju dengan lambat. 

"Tendang yang kuat, Nek!" teriakan Eva membuat Desti makin semangat. Dengan terhuyung Desti mengejar bola yang dilempar Eva, kemudian menendangnya hingga terjungkal. Eva tidak mampu menahan tawa. Terpingkal-pingkal melihat neneknya jatuh bermandi debu. Mereka bermain dengan bahagia. Tawa canda membuat rumah berkilauan cahaya. Panji yang sedang sibuk di dapur samping tersenyum simpul melihat tingkah nenek dan cucu itu.

"Heningggg! masuklah!" suara Panji memecah lamunan Hening yang berdiri mematung dibalik pagar rumah yang rendah. Hening tidak tahu harus berkata apa. Panji segera mematikan kompor yang sedang menunaikan tugasnya. Sambil berlari kecil Panji mendekati Hening yang masih diam seribu bahasa.

"Heiii... darimana saja Kau? kita ngobrol di dalam yuk!" Panji merayu adik iparnya. Hening masih diam. Tidak satu kata pun meluncur dari bibirnya yang ranum.

"Semua merindukanmu. Aku lagi masak nasi goreng dengan sosis ayam. Kamu pasti suka. Ayolah!" Panji masih berusaha. Dia menggaet lengan Hening lalu menariknya ke arah pintu masuk sambil mengecup kening Hening dengan lembut.

Hening menghembuskan napas lalu tersenyum.

"Kita harus menahan diri. Setelah ini akan ada banyak waktu. Aku tidak percaya dengan semua yang terlihat hari ini. Aku terlampau bahagia." Hening berbisik pelan dan lembut, membuat Panji tersenyum lebar.

"Masuklah dulu, Tuan Puteri. Ijinkan hamba melayanimu!" Panji menundukkan kepalanya. Hening terkekeh kegirangan.

"Rupanya setelah seminggu kalian disini menemani Ibu, ada banyak perubahan yang sudah terjadi. Lalu bagaimana caranya menyampaikan tentang rencana kita?" Hening mulai menggelayut di lengan Panji yang kekar. 

"Sabar, Sayang! Kita akan menemukan cara yang tepat." Panji merangkul Hening dengan hangat.

Di halaman rumah, Eva dan Desti menyudahi permainan. Mereka memandang kearah Panji dan Hening yang tampak mendekat.

"Mamaaaaa!" teriak Eva sambil berlari kegirangan. Sudah setahun terakhir dia mendekap Hening seperti layaknya memeluk Indah.





 

Read More

Media Sosial (antara penolong/penghancur)

 MEDIA SOSIAL

(ANTARA PENOLONG ATAU PENGHANCUR)

 

Seorang Kaisar Romawi mengatakan, 

 

Bila Anda merasa tertekan oleh sesuatu di luar, kesengsaraan itu bukanlah karena sesuatu itu sendiri, melainkan dari penilaian Anda terhadapnya.

 

Apa makna penting dari ungkapan itu?

 

Sang Kaisar ingin menyampaikan bahwa kita adalah sumber dari segala kejadian. Semua yang terjadi pada diri kita adalah hasil dari kreativitas kita sendiri. Pengalaman yang baik, menyenangkan, sedih, duka, menyengsarakan dan berbagai pengalaman hiidup lainnya adalah ciptaan kita sendiri.

 

Lalu apa hubungannya dengan media sosial?

 

Bagi sebagian besar orang, salah satu kebutuhan pokok manusia saat ini adalah bermedia sosial. Berinteraksi dengan orang lain tanpa harus bertemu muka. Membangun kelompok-kelompok baru tanpa mengenal mereka secara personal. Mengembangkan maksud dan tujuan tertentu baik dalam bidang bisnis, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Ada berbagai macam target yang ingin dicapai, yang terkadang tidak terbaca dengan baik oleh netizen. Karena selain ada yang muncul ke permukaan sebagaimana adanya, banyak pula individu yang berkeliaran dengan topeng-topeng di wajah mereka.  

 

Pada saat Anda mengungkapkan cinta, kebahagian, kegembiraan, rasa antusias, rasa syukur kepada orang lain, dan mampu memengaruhi seseorang dengan begitu kuat, kemudian orang itu memengaruhi lebih banyak manusia lain, maka semua hasil positifnya akan kembali kepada Anda.


Anda tidak hanya menerima balasan cinta dari satu orang, melainkan dari semua orang yang sudah terpengaruh oleh pikiran, ucapan, dan sikap positif Anda.

 

Benar, cinta itu akan kembali kepada Anda dalam jumlah yang berlipat ganda, bahkan dari orang-orang tidak Anda kenal. 

 

Hal-hal baik apa yang akan dijumpai jika cinta kembali kepada kita dalam jumlah berlipat-lipat. Itu rahasia Semesta Raya. Hanya Anda yang telah menerima mampu untuk merasakannya. Rasa bahagia, suka cita, kejadian demi kejadian ajaib yang menjadi penolong, rejeki yang tiba-tiba hadir tanpa bisa ditebak, dan sebagainya. Semua akan menjawab pertanyaan itu dengan sempurna. 

 

Lalu bagaimana halnya jika Anda memengaruhi orang secara negatif?

Membangun opini yang menyesatkan, memberitakan kabar bohong dan penuh rekayasa, memelintir cerita sehingga Anda terkesan adalah korban ( playing victim ).

Tentu reaksi yang muncul dalam hidup akan setara dengan apa yang sudah Anda berikan. Semakin banyak orang yang terpengaruh untuk menghakimi sesuatu/seseorang/sekelompok orang secara negatif, maka semakin banyak kesusahan dan penderitaan yang akan Anda jumpai.

 

Sekarang semua kembali kepada diri kita masing-masing. 

Apakah kita akan menebar kebaikan atau memilih sebaliknya. 

 

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai netizen yang bijaksana?

Jangan langsung memercayai berita yang belum jelas sumbernya. Periksa kebenaran informasi dari pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan kabar tersebut. Hal penting lainnya, jangan melibatkan emosi dan perasaan Anda terlalu dalam pada sebuah kisah yang disajikan di media sosial (betapa bahayanya jika ternyata itu hanya gossip belaka maka kita sudah masuk dalam lingkaran negatif yang diciptakan penyaji kabar).




    Read More

    KETIKA MENIKAH MENJADI SEBUAH PILIHAN























    PERNIKAHAN NGERI-NGERI SEDAP

     

    Jika setiap pasangan yang telah menikah diberi pertanyaan, apa yang mereka tahu tentang kehidupan pernikahan mereka selama ini. Saya yakin semua yang sudah pernah menikah akan berpendapat jika hidup bersama dalam sebuah pernikahan tidak setiap saat seindah dalam cerita dongeng.

     

    Lalu mengapa orang mau menikah? 

    Mengapa seringkali kita mendengar pertanyaan, sudah menikah? Kapan menikah? Mengapa tidak menikah? dan seterusnya.

    Sebagian besar orang bahkan menjadikan menikah sebagai salah satu rencana hidup yang diusahakan. 

     

    Kita dihadirkan ke dunia dengan tujuan untuk terus berusaha mencari dan menemukan. 


    Apa yang harus dicari? Apa yang harus ditemukan?

    Tentunya pertanyaan seperti itu akan bermunculan ke permukaan. 

    Kelahiran setiap jiwa ke bumi ini mempunyai misi mereka masing-masing. Sayangnya kita tidak mampu menyadarinya langsung ketika pertama kali menghirup udara bebas setelah sembilan bulan dalam kandungan ibu. Didalam perjalanan kita terus belajar, beradaptasi, mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang hadir. Sampai pada akhirnya kita akan menyadari ternyata tujuan itu adalah untuk menemukan jati diri kita sendiri. 

     

    Pernikahan bisa menjadi salah satu tempat untuk menemukannya. Catat ya, salah satu tempat!

    Karena itu sebagian besar orang meyakini bahwa pernikahan adalah ibadah. Sebuah sekolah yang tidak pernah selesai.

    Ketika perjalanan itu telah dimulai jangan sampai lupa diri dan semakin jauh dari tujuan untuk menemukan jati diri. 

     

    Ada beberapa hal yang harusnya dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Semua bertujuan untuk mendapatkan pernikahan yang lebih baik dan sesuai harapan. 


    Hal pertama yang harus disadari adalah ketika kita menikah dengan pasangan, maka kita juga secara otomatis “menikah” dengan keluarga pasangan. Menikah dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, menikah dengan karakter yang aslinya baru terpampang nyata setelah hidup bersama.

    Apa jadinya jika kita menyadari hal itu setelah menikah? Pastinya rasa tertekan akan menguasai kehidupan kita. Merasa dipaksa untuk menerima atau justru merasa harus menyelamatkan diri dengan cara menjauh dari "atribut" yang melekat pada diri pasangan. Keluarga besar pasangan, misalnya.

    Tidak sedikit yang memilih pergi merantau, membatasi diri untuk berkomunikasi dengan keluarga pasangan, menjaga jarak aman, pura-pura sibuk, dan lain sebagainya.

     

    Setelah memasuki area pernikahan akan muncul banyak pengalaman baru. Kita tidak lagi menjadi individu yang bebas memutuskan segalanya sendiri. Ada pihak lain yang harus kita pertimbangkan pendapatnya, ada kepentingan lain yang harus kita pahami dengan lebih bijaksana. Komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat vital. Tanpa pemahaman yang sama, mustahil bisa berjalan dengan nyaman.

     

    Bisa dibayangkan jika seseorang menganut paham egosentris maka usia pernikahan sudah dipastikan hanya seumur jagung. Tidak ada satu orang pun di dunia ini ingin hidup dalam tekanan, dipaksa untuk mengorbankan hati dan pikiran, tubuh dan jiwanya hanya untuk kepentingan dan kesenangan yang lain/pasangan.

     

    Setiap pernikahan adalah unik. Kita tidak bisa membandingkan hidup pernikahan satu pasangan dengan pasangan lainnya walaupun tantangan yang mereka hadapi hampir mirip. Semua pasangan yang menikah selalu dihadapkan dengan peluang bersama anak-anak mereka, mertua, ipar, keluarga besar, dst.

     

    Dunia ini seimbang. Begitupun pernikahan. Disaat kita kehilangan sesuatu maka kita pun akan mendapatkan hal yang lain. Karena hukum pertukaran tetap abadi sampai detik ini. Untuk mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan, maka kamu harus rela untuk melepaskan sesuatu yang lain. Yang harusnya dipelajari adalah bagaimana caranya kita untuk melepas tanpa merasa kehilangan. Menerima tanpa merasa menguasai.

     

    Hanya karena sebuah pernikahan terlihat baik-baik saja bukan berarti tidak ada persoalan yang terjadi di dalamnya. Terkadang ada orang-orang yang menolak ingat akan keberadaan hukum ini. Mengira bahwa kita bisa mendapatkan semuanya tanpa usaha (apalagi gratis).

    Kita akan menerima segala sesuatu setara dengan yang kita berikan. 


    Setiap pernikahan membutuhkan keluasan hati. Pernikahan mampu membelokkan arah dan kebiasaan hidup seseorang. Bisa dibayangkan ada berapa banyak perempuan-perempuan yang mempunyai gelar sarjana harus melepas pekerjaannya demi keluarga mereka. Memilih untuk menjadi sopir pribadi anak-anak, menjadikan dapur  dan halaman rumah sebagai tempat berkarir tanpa gaji dan jatah cuti. Parahnya masih saja ada pasangan yang cepat merasa tidak seberuntung orang lain. 

     

    Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Tetaplah waras, Bro!

     

    Menjalani hidup jangan sampai membuat kita lupa diri. Tetaplah awas dan sadar. 


    Jangan melepas banyak hal untuk mendapatkan sebuah tujuan yang tidak jelas. Rela menukar apa yang sudah ada dalam genggaman dengan hal-hal yang belum tentu baik untuk kita.

    Menukar waktu bersama anak2, istri, keluarga, diri sendiri untuk hal-hal yang tidak sepenuhnya menguntungkan. Karena waktu yang sudah berlalu tidak bisa diputar ulang. Kita tidak bisa kembali ke titik semula.

     

    Susah dan senang adalah dua hal yang selalu bergandengan tangan. Setiap kebahagiaan selalu  menyimpan sisi sulitnya sendiri. Dalam rumah tangga tanpa “kekerasan” sekalipun, pernikahan tidak melulu dipenuhi moment-moment bahagia. 

    Kita tidak bisa menilai sebuah pernikahan adalah gagal atau tidak hanya karena pernah terjadi pertengkaran atau perbedaan pandangan.

    Terkadang kesalahan terbesarpun masih mereka toleransi demi sebuah tujuan besar yang lainnya.

    Selalu ada masa-masa romantis, tetapi juga ada saat kita merasa jengkel, kesal, marah, kecewa, dan terluka. Entah dengan pasangan, keluarga, dll. Sekaya apapun seseorang, ada saatnya dia sesekali merasa kurang. Sebahagia apapun seseorang pasti pernah diterpa luka dan rasa duka.


    Begitulah hidup. 

     

    Ketika seseorang mendapatkan sesuatu dibawah ekspektasi, maka yang hadir menyelinap itu adalah rasa kecewa. Menjadi kecewa itu biasa sepanjang kita mampu mengelolanya dengan baik. Istilah anak muda sekarang jangan mudah baper (terbawa perasaan). Keahlian ini memang membutuhkan latihan berkali-kali, tetapi bukan berarti tidak bisa.

     

    Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Sesekali membuat keputusan yang salah adalah wajar selama tidak melakukannya berkali-kali. Mengikuti google map juga terkadang dibuat nyasar. Yang semestinya disadari adalah memaafkan itu ternyata berbeda dengan menyembuhkan luka. Disaat pasangan kita sudah memutuskan untuk memaafkan, maka bantulah dia untuk menyembuhkan lukanya. 

     

    Pasangan yang menolak sebuah saran bukan berarti dia berani menentang.  Menolak tidak sama dengan melawan. Setiap orang punya alasan untuk menolak satu atau beberapa pilihan tanpa harus menjelaskan secara rinci dan ilmiah alasan-alasan penolakannya. 


    Yuk’s mulai belajar menghargai dari rumah sendiri.

     

    Setiap mahluk punya fase istirahat. Melihat istri tertidur atau duduk santai ketika suami pulang kerja bukan berarti dia bermalas-malasan sepanjang hari. Istirahat sangat jauh berbeda dengan malas. Istri/suami jangan merasa bersalah saat membutuhkan fase ini.  Hal ini rentan dialami saat memiliki satu atau lebih anak yang berusia balita. Pekerjaan rumah sangat mungkin terbengkalai karena harus merawat balita yang nota bene aktif bergerak dengan rasa ingin tahu yang besar. Jika suami yang pulang kerja langsung protes karena lantai kotor belum disapu, istri yang kelelahan seharian dirumah berjuang akan merasa sakit hati. Sekedar makan atau mandi saja membutuhkan perjuangan hebat, dengan mudahnya suami menempelkan kesan malas itu. Berhati-hatilah kalau istri tidak hobby ngomel, maka kesan-kesan yang menyakiti hatinya akan tersimpan rapi dalam ingatan. Parahnya lagi kalau tinggal serumah dengan mertua. Terkadang ada mertua yang merasa paling rajin di dunia. Melihat menantunya istirahat membuat hatinya panas. Ini persoalan yang berbeda lagi.

     

    Wahhhh! terbayangkan rumitnya sebuah hidup pernikahan. 

     

    Nyatanya pernikahan juga menyimpan sisi manfaat yang menyenangkan. Sebagai keputusan hidup yang sakral, menikah dapat meningkatkan gaya hidup sesorang menjadi lebih sehat dan bahagia. Yang terpenting adalah memiliki kemampuan merasa cukup dan mensyukuri anugerah semesta. Terkadang konflik hadir dari yang ringan sampai dengan pertengkaran hebat. Sesekali mengalah bukan berarti kalah. Karena menikah tidak sama dengan bertarung. Diam bukan berarti berhenti, melainkan istirahat sejenak untuk mempersiapkan langkah start kearah yang lebih baik.

     

    Hidup tak selamanya bahagia atau selamanya susah. Untuk tetap bertahan, badai pun harus terus bergerak. Dia tidak akan diam disatu tempat secara terus menerus.

    Jangan memenjarakan diri dengan membiarkan tubuh dan pikiran terjebak dalam perasaan dan pikiran yang tidak tepat (alias berlebihan).

     

    Diluar rumah kita berjuang, beringas bertarung dengan segala tantangan dan pekerjaan. Kembali ke rumah adalah saat kita kembali memeluk rasa tenang dan damai. Yang mampu menciptakan itu semua adalah diri kita sendiri.

     

    Hanya karena seseorang pernah gagal dalam menjalin hubungan dalam pernikahan, bukan berarti dia tidak boleh melanjutkan kebahagiaannya. Di depan jalan masih terbentang panjang. Kita tidak mungkin duduk sepanjang waktu membolak-balik buku cerita yang sama. Hal yang paling tepat dilakukan saat mengalami kondisi darurat adalah menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu. Semua kembali kepada pribadi masing-masing. Niat baik pasti akan membantu hidupmu disaat yang tepat.

     

    Lalu mengapa orang-orang sangat peduli menanyakan kapan akan menikah? Kapan akan punya anak? Tanpa menyampaikan tantangan apa saja yang ada di depan. Seringkali kita dengar kata-kata, “Nikah saja dulu, nanti belajarnya sambil jalan.”

    Walaupun ungkapan itu bernada memberi semangat agar tidak takut dan pesimis, alangkah baiknya generasi milenial tetap bijaksana dalam mengambil langkah hidup mereka. Persiapan yang matang sebelum menikah tentu akan lebih baik daripada tidak sama sekali. Apapun keputusannya, semua mempunyai nilai lebih dan kurangnya masing-masing.

     

    Tulisan ini dibuat bukan karena penulisnya merasa paling sukses dalam melalui pernikahannya. Catatan ini lahir dari sebuah pengalaman yang masih terus melaju ke depan, kepada waktu yang tetap menjadi misteri bagi setiap jiwa. Proses belajar terus berlangsung sepanjang hidup. Pelajarannya menyesuaikan waktu, tempat, dan situasi yang terus berubah-ubah.

     

    Bagi saya, tidak ada yang sempurna sebelum perjalanan itu selesai.

     

    Jika ada yang harus diperbaiki, mari kita bertutur bersama dengan secangkir kopi dan pisang goreng di meja makan.

     

    Love you Universe




     




     

    Read More

    SUAMI ISTRI (JANGAN) JADI PELUPA

    SUAMI ISTRI (JANGAN) JADI PELUPA

     

    Apa yang terbayang di kepala sepasang manusia yang memutuskan untuk mengakhiri masa pacarana mereka ? 

     

    Betul 1000% !!!

     

    Hidup bersama yang dalam bayangan adalah tertawa, memadu cinta, saling melengkapi, saling mengisi, kemana-mana ada yang menemani, mau ngapain aja ada yang barengin, butuh bantuan tinggal ngomong, tidak kesepian lagi, dst.

     

    Apakah bayangan itu salah? 

    Tentu tidak. Justru bayangan itulah yang harus dipupuk terus. Bayangan kebahagiaan berumah tangga. Semua mahluk menginginkannya. Semua berharap bahagia dan berusaha untuk mencapainya. 

    Hanya saja di dunia ini tidak ada yang gratis. Tidak ada yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Tidak ada manusia yang setiap hari akan bersikap konstan dengan emosi mereka. Setiap detik manusia dipengaruhi oleh suasana hati dari dalam, kondisi fisik yang sangat mungkin berubah-ubah, pengaruh lingkungan luar, dll. 

    Manusia tetaplah hanya salah satu mahluk penghuni jagat raya dengan segala keterbatasan mereka. Manusia bukan robot yang bisa diprogram oleh manusia lainnya. Manusia adalah mahluk sosial yang butuh berinteraksi dengan lingkungan mereka. Jika disaat sendiri kita yang menjadi penentu segalanya, maka ketika hidup bersama dengan pasangan, hidup menjadi tanggung jawab berdua. Semua pasangan harus melewati proses yang panjang, terus menerus, dan berkesinambungan.

     

    Yang menjadi pemenang dalam hidup adalah orang-orang yang mampu melewati proses itu dengan baik. Jika melihat sepasang suami istri masih bertahan hingga tutup usia dimasa tua mereka, yakinlah ada banyak cerita dalam hidup mereka. Cerita yang tidak selalu mereka ungkapkan keluar rumah. Cerita yang tidak selalu nampak sehingga tidak pernah tercium dari luar. Cerita yang berhasil mereka atur sedemikian rupa agar menyisakan bagian-bagian yang menyenangkan dan berusaha melupakan bagian-bagian yang sedih.

     

    Mengapa mereka berhasil tetap bersama?

    Teorinya adalah karena mereka memutuskan menjadi pasangan yang berani untuk menerima setiap tantangan yang datang, melewati proses bersama-sama dengan lapang hati, ikhlas menerima semua kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mau berubah menyesuaikan dinamika perkembangan dalam hubungan. 

    Mereka bersedia dan mau mengubah diri dari sikap bagai penumpang yang ketakutan, menjadi pengemudi yang berani untuk menentukan jalan takdir mereka sendiri.

    Sepasang suami istri menjadi penumpang dalam rumah tangga mereka ketika masih mengijinkan interupsi-interupsi dari luar masuk ke dalam. Pendapat orang tua, ipar, saudara, ataupun keputusan-keputusan kecil dalam hidup yang masih diatur oleh ibu mertua, Paman, bibi, dst. Awalnya terlihat sepele, tetapi ketika itu terjadi bertahun-tahun secara terus menerus maka hubungan menjadi bom waktu yang menunggu waktu lemah untuk meledak. Mereka terjebak dalam pola-pola perilaku tidak sadar yang kemudian menjadi kebiasaan dan melekat sebagai karakter. 

     

    Ketika “dunia hanya milik berdua” maka area akan menjadi lebih sempit tetapi luas. Sempit karena tidak ada banyak campur pendapat yang lain. Luas karena ada kebebasan untuk mencapai hal-hal besar dalam sebuah perkawinan. 

     

    Hal yang harus disadari selanjutnya adalah kemampuan masing-masing pihak untuk tidak berusaha merubah pasangan menjadi sesuai keinginan sendiri. Ada hasrat untuk menguasai dan mengendalikan pasangan. Memaksakan pikiran/metode sesuai keinginan sendiri. Meletakkan ekspektasi tinggi kepada pasangan tanpa menyadari kemampuan masing-masing pihak. Sikap menggantung mood pribadi kepada sikap dan perilaku pasangan kemudian sering melontarkan ucapan, “Gara-gara pertanyaan kamu suasana jadi rusak!”

     

    Apakah semua bisa dilalui?

    Tentu saja bisa jika kedua pihak mau sadar untuk “keep in touch”

    Tidak meninggalkan komunikasi dengan alasan sibuk dan tidak punya waktu. Karena sesungguhnya semua hanyalah tentang prioritas. Sesekali tidak sempat berkabar karena sedang diburu waktu tentu bukan sebuah hal besar yang kemudian menodai hubungan. Kebiasaan meninggalkan dan meremehkan komunikasilah yang akan merusak hubungan.

    Jika tiba-tiba “sepi” sebaiknya dicari tahu penyebabnya dan bukan melontarkan kesalahan kepada sikap pasangan.

     

    Sesekali menolak bercinta (padahal secara kasat mata sudah terlihat pasangan sedang kelelahan) bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan. Setiap ditawari selalu menolak itulah yang menjadi masalah dan harus segera dicari tahu alasannya. Komunikasi ternyata memang  menjadi alat paling penting.

     

    Tidak lupa mensyukuri semua nikmat Tuhan menjadi syarat berikutnya. 

    Terkadang ada seorang suami lupa bersyukur ketika bisa bekerja dengan tenang disaat rumah dan anak-anak sudah baik-baik saja, kemudian lupa peran seorang istri yang jatuh bangun merawat “kondisi” itu. Merasa jika sebagai pencari nafkah adalah pengorbanan terbesar dalam rumah tangga. Keakuan muncul menggoda untuk memberi reward kepada diri sendiri dengan cara yang tidak elok. Lupa jika perempuan juga bisa mencari nafkah jika ada kesempatan yang sama.

     

    Atau seorang istri yang lupa bersyukur jika ada suami yang sudah menjaga kelangsungan hidup keluarga. Hidup yang nyaman membutuhkan materi yang cukup. Ada banyak yang harus dibiayai dalam sebuah keluarga. Bagaimana jadinya jika harus menanggung tanggung jawab itu sendiri. Merawat rumah dan keluarga sekaligus membiayai semua kebutuhannya.

     

    Karma dalam berumah tangga tidak berhubungan dengan pahala yang terus menerus dihitung ataupun hukuman-hukuman dari perilaku yang salah sebelumnya. Karma sepasang suami istri adalah tindakan itu sendiri. Bagaimana mereka memutuskan untuk sadar akan diri sendiri, menerima diri sendiri, dan mau merubah diri menjadi lebih baik.

     

    Menjadi pembicara hebat bisa dilakoni semua orang, tetapi menjadi pendengar yang baik membutuhkan kesabaran dan keluasan hati. Ilmu dan pengetahuan sangat penting tetapi tindakan menjadi kunci keberhasilan.

     

    Mari terus belajar dan selamat berbahagia .

     


    Read More

    BUNGA TELANG



    Bunga Telang

     

    Siapa yang sudah menanam bunga Telang/Teleng di pekarangan rumah?

    Kalau belum, ada baiknya untuk dicoba. Mengapa harus mencobanya? 

    Karena selain cantik untuk dipandang, bunga Telang dikenal luas memiliki banyak manfaat baik bagi tubuh kita. 

     

    Tanaman ini dapat ditemui tumbuh dilahan semak, hutan terbuka, dan vegetasi sungai. Beberapa orang menanamnya di pot, atau pagar rumah. Tanaman ini akan tumbuh merambat dengan pertumbuhan yang cepat. Tanaman ini tidak membutuhkan perawatan khusus. Walaupun termasuk berumur pendek, tetapi dia mampu tumbuh hinga mencapai panjang 2,5 meter.

     

    Bunga Telang memiliki banyak nama seperti Butterfly Pea (Clitoria ternatea), Bluebellvine Blue Pea, Asian Pigeonwings, Cordofan Pea, dan Darwin Pea. Nama yang beragam menandakan jika tanaman ini sudah dikenal diberbagai negara, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dll.

     

    Bunga yang memiliki bentuk mirip klitoris kaum hawa ini, ukuran rata-rata panjangnya sekitar 4 cm dan lebar 3 cm. Paling sering dijumpai dengan warna biru. Selain itu bunga ini juga memiliki varian warna yang lain seperti putih, biru muda, dan ungu muda. Selain bentuk single, bunga Telang juga ada yang tumpuk.

     

    Sebuah penelitian dari Journal of Ethnopharmacology menunjukkan bahwa bunga Telang memiliki kualitas antiasthmatic. Journal of food Science an Technology juga menemukan bahwa bunga ini penuh dengan antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh dan dapat mengurangi stress oksidatif (antidepresan)

     

    Kelopak bunga Telang biasa dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami seperti teh, pewarna pudding, nasi, dll. Sedangkan daun, biji, dan akarnya dimanfaatkan sebagai obat herbal/tradisional.

     

    Bagaimana cara mengonsumsi bunga Telang ini? 

     

    1.     Sebagai pewarna alami, buga Telang tinggal diseduh dengan air hangat. Maka warnanya akan keluar dan menyatu dengan air.

    2.     Sebagai sayuran, kelopak bunga Telang bisa  dimakan langsung bersama  lauk yang lain. Jangan lupa untuk mencuci bersih terlebih dahulu.

    3.  Sembelit, bisa dikurangi dengan memanfaatkan biji bunga Telang. Ambil beberapa biji bunga telang kemudian dipanggang, dihaluskan menjadi bubuk. Bubuk biji bunga Telang dapat diminum bersama air hangat suam-suam kuku selama 3 hari. Selain bijinya, 10 gram akar bunga dapat direndam dalam 2 gelas air hangat selama 5 jam. Minum 2 kali sehari selama 3 hari.

    4.     Mengunyah 2 lembar daun bunga Telang dapat mengurangi keluhan migrain.

    5. Asupan 5 gram bubuk akar bunga Telang dapat membantu masalah gangguan pencernaan.

    6.  Untuk mengurangi bengkak. Fungsi daunnya mirip  seperti daun nangka yang kering. Ambil beberapa daun secukupnya ditumbuk hingga berbentuk pasta kemudian ditempelkan pada bagian tubuh yang bengkak.

     

    Nah, beberapa manfaat bunga telang yang telah diteliti adalah :

    1.     Meningkatkan kesehatan otak dan jantung.

    2.     Melancarkan siklus menstruasi pada wanita.

    3.  Meningkatkan sistem saraf                                                                  (melancarkan peredaran darah, mengurasi stress)

    4.     Mengobati gejala asma/bronkitis.

    5.     Obat alami untuk Diabetes.

    6.     Membantu menjaga Kesehatan mata.

    7.     Baik untuk pencernaan.

    8.     Meningkatkan daya ingat.

    9.     Mengurangi rasa sakit kepala.

    10.  Mengatasi rambut rontok.

    11.  Sebagai pengganti kafein pada masa kehamilan.

    12.  Sebagai pewarna alami pada makanan.

     




    Read More