Melepas Bara Panas

 

Menggenggam bara hanya akan membakar diri sendiri. 

Saya mulai menyadari hal ini setelah beberapa kali pernah hanyut dalam amarah yang meluap. Kekecewaan yang mendalam akan sikap orang lain terhadap saya. Merasa diperlakukan tidak adil dan dimanfaatkan untuk kepentingan mereka. 

Tubuh menjadi oleng seperti tidak ada pijakan. Denyut nadi berlari cepat  tak terkendali. Usaha alamiah yang dilakukan hanya minum air putih hangat dan tetap sadar untuk menarik napas berulang-ulang dengan lebih rileks dan santai.  

 

Korban pertama dari amarah adalah diri kita sendiri.


Tubuh hanya berusaha memberikan pesan, jika saat itu kita sudah berlebihan menyikapi sesuatu. Selanjutnya logika mulai mengambil peran. Selama kita tidak menanggapinya, tubuh akan bosan untuk mengingatkan. Sikap yang baru berubah menjadi kebiasaan. Dari kebiasaan terbitlah karakter. Arah selanjutnya akan mudah ditebak. Karakter akan membawa kita kepada takdir (kenyataan hidup yang kita terima).


Setiap detik adalah peluang untuk mengubah arah hidup kita. Dari sedih menjadi gembira, dari nyaman menjadi semakin bahagia. Tidak masalah apa yang sempat kita pikirkan atau rasakan sebelumnya. Segera kembali kepada frekuensi positif, kepada perasaan baik. 


Satu-satunya penolong paling dekat memang diri kita sendiri. Mengandalkan orang lain untuk membantu hanya akan mengulur waktu. Bantuan orang lain pun belum tentu datang tepat waktu dan sesuai dengan porsi yang kita butuhkan. Alhasil yang ada hanyalah kembali terpuruk dalam rasa penyesalan dan kecewa.


Be your self !


Tolong diri sendiri terlebih dahulu. Kemungkinan untuk terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan bisa datang kapan saja. Mulai dari hal yang ringan hingga berat (menurut versi masing-masing individu).

Mau berangkat kerja tiba-tiba turun hujan. Sedang buru-buru ke sekolah ternyata jalan yang dilewati mendadak macet. Bahan masakan sudah siap diolah tiba-tiba kompor mati karena gas habis. Karir sedang menanjak mendadak terjadi pandemi Covid-19. Begitu seterusnya, hal-hal yang diluar prediksi terjadi dengan cepat dan tidak bisa dihindari.

 

Ya, setiap saat kita dihadapkan kepada pilihan apakah akan memberikan cinta dan memanen kekuatannya atau tidak. Apakah kita akan menebarkan kasih atau memilih untuk menghentikannya. Pilihan itu terjadi secara terus menerus dari waktu ke waktu. Keputusannya  kembali kepada diri kita masing-masing.


Mengapa harus segera pindah frekuensi?

Karena amarah dan dendam itu berbahaya bagi tubuh dan pikiran kita. Tidak ada orang sempurna di dunia ini. Semua pernah mengalami suka dan duka. Kekurangan dan kelebihan. Karena itulah kita berbagi. Tujuannya agar kita hidup dalam keseimbangan. 


Apa yang diperlihatkan seseorang di media sosialnya bukanlah jaminan jika dia baik-baik saja. Bisa jadi semangat yang ditularkan adalah bagian dari usahanya untuk mengangkat dirinya sendiri kepada perasaan baik.  Berusaha meyakinkan diri jika semuanya pasti akan berlalu, jika dia mampu melewati setiap ujian hidupnya. 


So what ? gitu loh...


Jangan terpaku dan berpangku tangan. Bergeraklah ke tempat yang lebih baik. Berkumpul dengan orang-orang positif yang punya visi ke depan. Teman-teman yang semangat mewujudkan ide dan gagasan baik dalam hidupnya. Secara perlahan kita akan diwarnai oleh sikap-sikap baik mereka. 


Jangan menunggu orang lain untuk melakukannya. Doronglah dirimu sendiri terlebih dahulu. 

 

Orang bijak mengatakan, tidak ada dalih dalam kekuatan cinta.  Kita akan mendapatkan kembali apa yang kita berikan. Artinya, semua hal yang terjadi berasal dari dalam diri kita sendiri. 


Mari saling mengingatkan, saling mengisi satu sama lain. Dengan niat dan perasaan yang baik. 


Yang terpenting bukanlah apa yang sudah terjadi, melainkan bagaimana kita bereaksi terhadapnya


Try to live like a river. Forget your past and focus on your future.


Love you much, Universe 

nwsrimulyani

 


EmoticonEmoticon