Adat Budaya Bali



        Bali terkenal akan adat dan budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat di dalamnya. Dunia sudah mengakui. Berbagai penghargaan untuk prestasi yang dicapai sambung menyambung dialamatkan untuk pulau ini. Dataran secukupnya yang dihuni masyarakat dengan karakter manut pada ajaran leluhur mereka. Komunitas dengan generasi yang sejak lahir selalu diingatkan untuk menghormati empat guru utama dalam hidup. Beliau adalah Tuhan, orang tua, guru formal, dan pemerintah.
        Seperti halnya setiap mahluk hidup mengalami pertumbuhan, demikian juga dengan kebudayaan Bali. Dalam tatanan masyarakatnya muncul dan berkembang berbagai pandangan. Sistem ekonomi dan komunikasi digital memberi peran besar dalam ritme kehidupan masyarakatnya. Gempuran globalisasi mampu memberi pengaruh yang tidak sedikit. Kehidupan pun menjadi bergantung kepada internet. Masa dimana butiran-butiran keringat bermuara kepada dijit angka. 
           Generasi mudanya mulai beralih kepada sektor pariwisata. Meninggalkan sawah-sawah indah leluhur mereka untuk bekerja di sebuah hotel, restaurant, dan berbagai bisnis yang dikuasai oleh pemilik modal besar. Lahan yang ditinggalkan hanya digarap generasi terdahulu, para seniman pertanian yang haus untuk mewariskan ilmu tradisional mereka. 
           Alih-alih menjadi manager ataupun direktur, tidak sedikit dari mereka yang berangkat ke kota hanya dihargai sebagai tenaga outsourcing. Mereka diatur oleh jadwal kerja yang seringkali berbenturan dengan kegiatan adat istiadat yang sesungguhnya adalah cikal bakal kehidupan di Bali. Dengan mudahnya para pemilik modal menawarkan sikap tunduk kepada aturan waktu kerja yang mereka ciptakan. Mereka yang mengadu nasib sebagai pekerja terkadang adalah pemilik lokasi usaha yang menyewakan tempatnya kepada orang lain. Menjamurlah usaha mikro yang dikelola penduduk pendatang, dan orang lokal membeli dari mereka. 
             Bagaimana nasib budaya Bali? Untuk menjawab pertanyaan itu tentu hanya masyarakat yang ada dalam komunitas itu saja yang mampu menjawabnya. Mengapa? karena merekalah yang melebur dalam lingkaran itu. Siapa masyarakat itu?  Pemerintah daerah, para pengambil keputusan, para politisi, para kritikus, para pendidik di sekolah formal, dan rakyat yang diatur dalam kelompok itu. Dalam lingkup yang lebih sederhana, orang tua mengambil peran awal untuk pandangan anak-anak mereka selanjutnya.
Tradisi telah menjadi sumbu untuk memahami dan menjalankan nilai-nilai yang dipesankan leluhur. Ajaran Tri Hita Karana menjadi alarm dalam dinamisnya waktu yang berkejaran. Sebuah falsafah hidup yang memiliki konsep menjaga keharmonisan dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam lingkungan. Kata Eling (ingat), sadar, mawas diri menjadi kata kunci dalam penyelamatan lingkungan dan budaya Bali. Sebuah kata yang tidak hanya bermakna untuk diucapkan, tetapi benar-benar diterapkan oleh semua lapisan masyarakat di dalamnya. 
         Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang mempunyai wewenang membuat keputusan harus dipenuhi oleh orang-orang dengan kecintaan akan masa depan pulau ini. Sebelum terlambat, laju penduduk pendatang tanpa keahlian dan tujuan yang pasti hendaknya diatur dengan baik. Perkampungan kumuh yang terpaksa dibentuk untuk sekelompok orang tanpa pekerjaan jelas harus disikapi dengan bijak. Masalah sosial itu dapat berbuntut kepada peningkatan masalah kriminalitas. Jumlah penduduk yang besar akan meminta lokasi lahan lebih luas untuk perumahan, kebutuhan debit air tanah yang semakin tinggi, dan jumlah sampah yang yang lebih besar. Strategi harus segera dilaksanakan tanpa menunggu masalah itu meledak dan melumpuhkan semua orang.
        Bagaimana dengan masyarakat yang diatur di bawahnya? Walaupun sektor pariwisata adalah denyut jantung Bali, bukan berarti segala tindakan pengerusakan alam dan budaya dapat dimaafkan. Ungkapan tamu adalah raja bukan berarti mengijinkan mereka untuk merusak rumahmu sendiri dan mengambil kekayaan yang ada didalamnya. 
        Tindakan kecil akan berdampak besar jika semua yang menghirup udara bali bergerak bersama. Menjaga pulau ini dari genangan sampah harus dimulai dari lingkungan rumah tangga. Menghindari sikap konsumtif pada masyarakat jangan hanya menjadi rencana. Ketergantungan kepada pulau lain dalam pemenuhan bahan upacara seperti janur, dan lain-lain sudah harus segera disikapi. Prinsip ekonomi bekerja kepada harga-harga kebutuhan pokok upacara yang ditentukan daerah pemasok. Masyarakat Bali harus mulai berpikir untuk mencipta, menghasilkan kebutuhannya sendiri dan bukan hanya membeli dari para pebisnis daerah lain.
         Ketahanan pangan juga harus menjadi prioritas. Jika semua menyadari itu, maka UMKM Bali akan terus berkembang pesat. Ketahanan ekonomi akan terjaga walaupun sektor pariwisata sedang menghadapi ujian. Kehadiran peristiwa Bom Bali dan Pandemi COVID-19 menjadi 'Mahaguru' dalam tatanan kehidupan orang Bali selanjutnya.
           Penjaga tradisi yang dapat membuat tradisi itu tetap ajeg adalah pemilik tradisi itu sendiri. Tidak membiarkan proses pemusnahan itu terjadi adalah laku bijaksana yang diamanatkan para leluhur. Berkembang terus bersama zaman tanpa harus terpenjara di dalamnya. 
         Kehadiran generasi muda dengan rasa cinta yang besar akan menyelamatkan warisan itu. Kreativitas bukan hanya dalam bidang seni. Semua aspek ilmu mempunyai andil dalam tatanan masyarakat ini. Menggali ke dalam untuk pertahanan diri, mengembangkan keluar untuk kemajuan peradaban. Mempertahankan budaya tidak harus menjadikan kita tertinggal di belakang. Inovasi yang terus dikembangkan dengan pikiran terbuka akan membuat lompatan besar ke depan. Orang-orang hebat itu terus bermunculan. Inovasi dalam seni patung, seni musik, bisnis kuliner muncul silih berganti. Semangat itu harus terus dirangsang. Kalau bukan orang Bali, siapa lagi yang akan menjaga tanah leluhurnya.
         Betapa bangganya para roh suci di atas tanah Bali, ketika memandang generasi muda yang hidup setelahnya meninggikan nilai-nilai luhur yang beliau tinggalkan. Restu semesta akan menyelimuti pulau ini. Anugerah kehidupan bagi segala mahluk yang menghuninya.


        

        


EmoticonEmoticon