SAS INFORMATIKA, Tirtha 8A

                                            Digital Payment


    Digital Payment sudah tidak asing lagi untuk kita, apalagi pada masa sekarang yang dimana sudah sangat maju. Setiap orang pastinya menggunakan Digital Payment untuk membayar barang atau sesuatu yang diinginkan. Berikut adalah informasi terkait Digital Payment :

~Pengertian

Pembayaran digital /digital payment adalah metode transaksi pembayaran melalui media digital. Hal ini sering kali ditemukan diberbagai tempat, karena kita bisa membayar semua yang kita beli menggunakan Digital payment. 

 ~Jenis-Jenis

 Beberapa jenis metode pembayaran digital/digital payment yaitu:

-E-Wallet atau dompet digital 

Jenis ini merupakan dompet yang dimana kalian membawa uang kalian dengan fomat digital. Selain dari perbank an, dari perusahaan swasta juga meluncurkan sistem E-Wallet ini seperti GOPAY, OVO, Dana, dll. 

-QRIS

QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard, merupakan penyatuan QR dari berbagai penyelenggaraan sistem pembayaraan yang menggunakan QR Code. QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaraann bersama Bank Indonesia agar proses transaksi yang dilakukan akan lebih cepat. 

-Mobile Banking 

Metode ini mengacu kepada transaksi dan aktivitas perbankan lainnya melalui perangkat seluler. Biasanya transaksi ini dilakukan melalui aplikasi seluler bank. Sebagian besar bank pasti memiliki Mobile Banking ini. 

-Micro ATM

Micro ATM merupakan perangkat BC atau Business Correspondents yang memberikan pelayanan perankan penting bagi nasabahnya. Jenis pembayaran digital ini biasa digunakan oleh pemilik toko online untuk memudahkan pelanggan dalam melakukan pembayaran saat membeli produk secara online.


 ~Kelebihan

Berikut merupakan kelebihan Digital Payment :

-Mengurangi Peredaran Uang Palsu

Jika kita menggunakan sistme digital payment ini, maka peredaran uang palsu akan berkurang karena banyaknya orang yang menggunkan digital payment yang berarti orang tersebut tidak perlu lagi membawa uang tunai. 

Proses isi ulang biasanya melalui bank yang berkerja sama sehingga bisa dipastikan merupakan dana asli yang siap digunakan untuk berbagai transaksi online. Hal ini yang membuat Bank Indonesia menghimbau seluruh masyarakat untuk lebih memilih transaksi non tunai. 

-Proses akan berjalan lebih cepat

Menggunakan digital payment tidak perlu lagi menunggu kembalian uang, karena kita hanya perlu scan barcode yang sudah disediakan lalu membayar  yang hanya dimasukan adalah   nominal yang diperlukan untuk membayar dan otomatis uang yang ada di digital payment akan berkurang sesuai dengan nominal yang dimasukan. Tidak ada lagi kembalian uang. Karena itu proses pembayaran akan lebih cepat. 

-Fleksibel

Transaksi dilakukan secara digital dan tentu secara mobile pun bisa. Pembayaran digital dapat dilakukan kapan dan dimana saja, hanya cukup dengan ponsel, jaringan internet, dan aplikasi khusus pembayaran. Tidak perlu lagi mencari ATM atau bank untuk melakukan aktivitas keuangan atau pembayaran.

~Kelemahan

Berikut merupakan kelemahan Digital Payment :

-Saldo yang tidak dapat diuangkan 

Sayang sekali saldo yang ada didalam digital payment tidak bisa di uangkan atau ditarik tunai. Hal ini menjadi suatu kelemahan yang terbesar. 

Jika kita mengisi saldo terlalu banyak, maka tidak bisa ditarik tunai atau diuangkan. Hal ini sangat merepotkan para menggunaka uang cash, jika mereka tidak membawa maka mereka diharuskan untuk mencari ATM dan menarik tunai menggunakan kartu debit.

-Boros

Kemudahan dalam menggunakan Digital payment dapat membuat kita boros, jika kita tidak bisa menahan godaaan maka kita akan boros. 

Menurut The balance, kemudahan yang ditawarkan oleh uang elektronik saat bertansaksi akan menmbuat para pengguna tidak terlalu mempedulikan besaran nominal yang dikeluarkan. Berbeda dengan saat bertransaksi dengan uang cash karena kita akan melihat langsung berapa nominal atau jumlah uang yang harus dibayarkan. 

-Kemungkinan terkena serangan Hacker

Melihat semakin berkembangnya teknologi, saaat ini penjhat juga ikut beralih menyerang sistem digital. Jika kalian tidak menggunakan sistem keamanan yang baik, risiko terjadinya data breach juga dapat terjadi pada bisnis kalian. Oleh karena itu sistem pembayaran yang aman harus selalu diprioritaskan. Jika kalian menggunakan sistem payment gateway, pastikan mereka menyediakan sistem fraud detection untuk mencegah terjadinya kecurangan atau penipuan

~Cara Kerja

1. Para pelanggan mengirimkan informasi pembelian produk kepada penjual. Misalnya dilakukan dengan melengkapi formulir pembayaran pada website penjual, kemudian mengirimkan informasi tersebut.

2. Penjual akan mengirimkan informasi pembayaran produk terhadap sistem online payment gateway

3. Kemudian onlinepayment gateway akan memproses pembayaran dari para pelanggan dan meneruskannya kepada penjual

4. Penjual akan memverifikasikan pembayaran yang telah dilakukan oleh setiap pelanggan 

5.Pembayaran nantinya akan masuk ke sistem pembayaran online dan akan diterima oleh penjual saat proses transaksi selesai dilakukan. 








Read More

Menyesal Itu Luka

Anak-anak yang membuang-buang waktunya harus memahami ini dengan lebih bijaksana.

  1. Masa muda hanya sekali. Jika terlewat dan Anda belum memanfaatkannya untuk belajar, membentuk karakter yang baik, menambah kemampuan lain, maka waktu sudah terlewat begitu saja. Masa emas untuk mengenyam pendidikan itu adalah dimasa muda yang tentu tidak bisa diulang lagi. Bukan berarti proses belajar akan berhenti jika usia semakin senja, tetapi mengumpulkan bekal ilmu dimasa muda akan lebih memperkaya diri sendiri daripada memulainya di usia yang sudah tidak produktif lagi. Jangan sia-siakan waktu untuk belajar, karena belajar adalah tanggung jawab Anda sendiri.
  2. Tidak seorang ahlipun berkata jika proses belajar adalah proses yang mudah. tetapi hanya itu satu-satunya jalan baik menuju kesuksesan. Belajar memang pahit dan melelahkan, tetapi tidak memiliki keahlian apa-apa akan membuat hidup lebih menderita.
  3. Mari kita coba mencari alasan mengapa waktu terbuang percuma. Salah satunya adalah kebiasaan tidak bisa lepas dari ponsel. Terpenjara oleh benda ini sungguh berakibat fatal dikemudian hari. Bergantung pada ponsel hanya untuk menonton kehidupan orang lain justru akan membuat hidupmu terluka. Tanpa disadari waktu yang seharusnya dapat dipakai untuk menambah keahlian baru atau mempertajam keahlian yang sudah dimiliki lenyap begitu saja. Mengetahui masalah orang lain di media sosial tidak ada gunanya, karena yang terpenting adalah membangun kehidupanmu sendiri.
  4. Sikap malas diusia muda akan menjadi penyesalan dikemudian hari. Waktu tidak bisa diputar ulang. Rebahan sambil terus menerus menonton celotehan orang di media sosial hanya akan merugikan masa depan. Pergunakan ponsel sebagai camilan dan bukan makanan utama dalam hari-harimu. Menambah keahlian baru atau mempertajam keahlian yang sudah dimiliki sehingga menjadi profesional jauh lebih bermakna. Tidak ada ilmu yang sia-sia untuk dipelajari, karena kita tidak tahu pada saat kapan ilmu itu akan menjadi penolong yang sangat berarti.
  5. Membaca buku-buku yang menambah wawasan jauh lebih menyenangkan daripada memahami usaha oang tua untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Penderitaan yang dialami anak-anak saat belajar tidak sebanding dengan usaha orang tua untuk menghidupi anak-anaknya. Manfaatkan kesempatan itu dengan baik. Orang tua yang bekerja keras untuk kebutuhan anak-anaknya tentu akan bahagia melihat prestasi sekecil apapun dari anak-anaknya. Tidak ada orang tua yang tidak menghargai setiap jerih payah anak-anaknya untuk mengejar impian.
  6. Masa depan anak-anak adalah tanggung jawab mereka sendiri. Orang tua tidak pernah meminta imbalan dari semua yang mereka lakukan, dengan memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas. Sekali anak-anak melewatkan kesempatan baik itu, maka masa depan akan menjadi taruhannya. Bekerja keras sejak muda akan menuai hasil gemilang di kemudian hari.

Setiap orang tua tidak ingin anak-anaknya membaca dan memahami hal ini ketika mereka sudah benar-benar kehilangan waktu untuk kembali.  Menyadari dan menyesali semuanya disaat sudah berhadapan dengan tanggung jawab sebagai manusia seutuhnya, ketika hidup harus berjalan sendiri tanpa pendampingan orang tua lagi. 











Read More

REFLEKSI MENYAMBUT TAHUN BARU 2023 (BAGIAN 2)


KEKUATAN CINTA KETIKA MEMBERI

(Sebuah Refleksi Menyambut Tahun Baru 2023)

 

“Bukan soal berapa jumlah yang Anda berikan, tetapi seberapa besar cinta yang Anda muat ke dalam pemberian itu”

(Ibu Teresa, 1910 – 1997)

 

Ungkapan indah dari seorang Ibu Teresa, pemenang Nobel Perdamaian yang dikenang dunia sepanjang masa. Beliau bekerja dengan cinta, menyampaikan cinta, menyebarkan cinta bahkan kepada tempat-tempat yang tidak pernah Beliau temui, kita dimasa kini misalnya.

Saya tidak pernah berjumpa dengan Ibu Teresa, tetapi kekuatan cintanya sampai kepada saya, mungkin juga kepada Anda. 

 

Begitulah hebatnya cinta itu, daya yang paling dasyat di jagat raya ini, yang mampu melipat gandakan kekuatan kepada mereka-mereka yang mempercayainya.

 

Pada dasarnya mahluk hidup lebih mengenang rasa daripada kuantitas.

Maka ketika kita memberi sesuatu kepada orang lain, kemungkinan besar jumlah dan angkanya tidak melekat dalam memori, tetapi perasaan saat menerimanya, seberapa besar rasa cinta kita saat memberi, itu yang akan melekat ke dalam ingatan.

 

Maka terkadang kita mendengar seseorang berkata,

Saya akan mengingat kebaikanmu sampai kapanpun.

 

Pernahkah Anda mendoakan seseorang yang baru saja ditemui, tetapi Anda sudah merasakan kebaikannya kepada Anda?

Seseorang yang tidak Anda kenal, tetapi sudah membantu Anda menyeberang jalan misalnya, menunjukkan arah tempat tujuan Anda, atau seorang pelayan toko yang membantu mencarikan barang yang Anda butuhkan.

 

Dengan rasa syukur kemudian Anda memohon kebaikan, kesehatan, keselamatan, kelimpahan, atau apa saja hal-hal baik yang Anda mohon kepada Tuhan untuk orang tersebut.

 

Tanpa disadari ketika kita mendoakan kebaikan untuk orang lain, maka kita sedang mendoakan diri sendiri. Karena pada saat mengharapkan kebaikan untuk orang lain, maka kita sedang menarik kebaikan lain untuk datang menghampiri kita.

 

Maka jangan khawatir, sekecil apapun kebaikan yang kita berikan, ketika kita melakukannya tanpa pamrih, maka ia akan menciptakan riak-riak kebaikan berikutnya. 

Akan ada kejutan-kejutan menyenangkan yang susul menyusul hadir dalam kehidupan (sebuah teori yang hanya akan dirasakan jika sudah mempraktekkannya)

 

Apa yang Anda berikan akan setara dengan apa yang kembali Anda terima. 

Sebuah hukum semesta yang bagi kaum Hindu menjadi dasar kehidupan. Hukum Karmapala juga dikenal sebagai hukum sebab akibat. Alam semesta akan terus mencari posisi seimbang. Dia akan mengembalikan kepada Anda apa saja yang sudah Anda berikan kepadanya, tanpa pengurangan.

 

Nyatanya masih saja ada yang mampu berpura-pura kemudian berlindung dibalik kata cinta itu sendiri. Dengan alasan cinta dan kasih sayang kemudian merasa benar dan berhak untuk menyakiti pihak lain, mencurigai orang lain, bahkan sampai menuduh orang lain sebagai penyebab kemalangan hidupnya. Dengan percaya diri kemudian memaksa orang lain agar bertanggung jawab untuk apa yang dia terima dalam hidup.

 

Tanpa disadari, mereka sedang menggandakan kekuatan buruk yang akan berbalik kepada mereka sendiri. 

 

Sebaik-baiknya kita memakai topeng dan berlindung dibalik kata cinta, akan tiba waktunya cinta itu menjelaskan siapa dirinya.

 

Bagi saya, proses belajar tidak akan pernah usai sebelum perjalanan itu selesai.

Niat baik akan diucapkan dan dilakukan dengan baik pula.

Karena niat baik yang diucapkan akan menjadi komitmen.

Komitmen yang konsisten dilakukan akan menjadi kenyataan.

Karena itu mari kita menjaga niat baik tetap menjadi panduan dalam mengarungi Semesta yang Maha Luas ini.

 

Love you Universe




 

Read More

REFLEKSI MENYAMBUT TAHUN BARU 2023 (BAGIAN 1)

 


KETIKA SEMESTA MENCINTAIKU

(Sebuah Refleksi Menyambut Tahun Baru 2023)

 

Satu hal yang harus dilakukan untuk memiliki sesuatu yang kita cintai adalah mempercayainya. Satu hal yang harus dilakukan ketika mempercayai adalah meyakininya. Dengan keyakinan maka kita akan berusaha untuk mencapainya. Pada kondisi ini, kita sudah berada pada sebuah lingkaran yang baik.

 

Berhati-hatilah saat meyakini sesuatu. Pastikan jika hal yang sedang diyakini itu adalah positif. Bisa dibayangkan jika yang sedang diyakini adalah hal yang buruk, maka kita akan berputar-putar pada pusaran yang menyakitkan.

 

Menjalani tahun demi tahun dalam kehidupan kita sudah pasti tidak ada yang sama setiap detiknya. Menyenangkan terus atau menyedihkan terus. Bahagia dan gembira datang silih berganti. Ketika kita mampu memahaminya dengan baik dan bijaksana maka pada fase sedih kita masih tetap mampu melihat sisi baiknya.

 

Kaki seorang anak tersandung batu. Tangisan pun pecah menyayat kalbu. Siapa yang hatinya tidak terluka melihat buliran demi buliran air mata membasahi pipi mungilnya. Tetapi sang ibu segera datang memeluk, mengusap air mata, dan menanyakan apa yang terjadi.

Lutut yang tergores sangatlah perih. Sang ibu memeriksa kondisi luka kemudian memberikan pertolongan. Goresan pada kulit lembutnya dibersihkan dengan antiseptic kemudian diberi obat agar tidak infeksi. Kasih sayang sang ibu mengalir bak air sungai dengan arus yang tenang. Sesekali sang ibu meniup luka dan memberi penghiburan. 

“ Syukurlah, hanya luka goresan. Beruntung kulitmu tidak sampai robek apalagi sampai patah tulang. Terima kasih Tuhan, luka ini akan segera sembuh, dan kita bisa bermain lagi!” seru sang ibu sambil tersenyum.

 

Apa yang terbayang ketika ucapan itu selesai disampaikan?

Anak akan tersenyum diantara sakitnya. Dalam proses menerima sebuah kejadian sebagai suatu kenyataan yang harus diterima, sang ibu tetap mengajaknya bersyukur bahkan untuk sebuah luka yang baru saja terjadi. Mengucapkan terima kasih pada kejadian yang tidak menyenangkan tetapi masih diberi kekuatan untuk melaluinya.

 

Coba dibayangkan jika sang anak tetap bersikukuh untuk bertahan pada sikap menolak lukanya, membenci kejadian yang sudah terjadi, menyesali dirinya sendiri yang sudah salah melangkahkan kaki, dan seterusnya. 

Coba bayangkan jika sang ibu justru membakar suasana dengan kata-kata yang buruk. Menyalahan dan memaki yang dianggap sebagai sumber masalah.

Maka bukan kesembuhan yang akan didapat, melainkan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi. Jika sang anak marah kemudian menendang batu yang dianggapnya sebagai sumber masalah, kemungkinan besar akan terjadi luka baru yang lebih besar.

 

Maka ketika kita mendapatan kejadian buruk, perasaan buruk atau perasaan tidak senang, jangan memberi kekuatan kepada perasaan itu, apalagi sampai mencurahkan waktu dan tenaga untuk memberi energi besar kepadanya. Semakin kuat kita membenci sebuah kejadian atau perasaan buruk, maka semakin kuat pula ia akan menyakiti kita.

 

Jika ada orang-orang bersikap buruk dan menekan kita dengan tingkah mereka, jalan terbaik adalah segera membuat pilihan untuk menjauh, meninggalkan mereka, dan memutuskan pengaruh negatif tersebut.

Bagi mereka yang selalu berpikir negative, apapun yang kita lakukan akan salah dimata mereka. Tidak ada untungnya berjuang untuk membuat mereka paham akan maksud dan sikap baik kita. Selalu ada pilihan untuk menjaga diri dan perasaan kita tetap positif.

 

Karena hanya orang-orang “hebat” yang mampu menertawakan kegagalan, mengevaluasi kesalahan, lalu memperbaiki diri.

 

Orang-orang itu adalah kita!




Read More

Setangkai Kamboja di Pemakaman

Setangkai Kamboja di Pemakaman



        “Pergilah dengan damai dan nikmati kebebasan yang sudah lama Kau nantikan,” bisikan penuh kasih sayang itu terbang menghampiri telinga yang telah lama mati. Perempuan dengan wajah pucat terbujur kaku di atas bale-bale rumah itu masih menyuguhkan senyum sejak hembusan napas terakhirnya.

Beberapa keluarga mulai berdatangan menyampaikan bela sungkawa. Raut muka sembab menyiratkan sisa tangisan yang baru saja disudahi. Sebagian besar dari mereka lebih memilih tidak bertanya tentang jasad pucat yang ditutupi kain batik bercorak burung cendrawasih. Para tetangga ataupun kerabat yang datang merasa jika diam jauh lebih baik daripada melempar tanya yang sangat mungkin mengundang luka sang empunya rumah.

        “Dimana anak dan suaminya?” Pak Hasan menepuk pundak Desti. Orang-orang menoleh kearah datangnya suara. Satu-satunya yang membuka mulut itu adalah Ketua RW setempat.

        “Belum kembali dari Singapura. Mereka akan segera tiba dengan penerbangan terakhir malam ini,” Hening menjawab pertanyaan itu dengan wajah datar. Semua kembali terdiam, sementara langit semakin gelap digelayut mendung.

Lantunan doa-doa dan ayat suci mulai terdengar. Cuaca redup masih menguasai. “Aku cemburu kepada awan gelap itu, sungguh bahagia mereka berarak bebas di langit luas. Mengikuti angin yang membawanya berkelana. Jatuh ke bumi ketika dia menginginkannya,” Hening bergumam sambil menggenggam setangkai bunga Kamboja putih.

“Apa katamu?” tanya Desti dengan wajah kesal.

“Aku cemburu kepada awan gelap itu!” suara Hening mengejutkan para pelayat. Membalas pertanyaan Desti dengan raut kecewa, tanpa menoleh kepadanya. Serentak mereka yang mendengarnya mengalihkan pandangan pada kedua perempuan yang sedang berduka dibalik kerudung hitam.

“Diam Kau! Setelah pemakaman adikmu kita bicara!” hardik Desti kesal. Terbaca jelas jika perempuan itu marah karena Hening mulai menunjukkan keberanian melawannya.

“Baiklah! Aku pun bosan mengikuti maumu!” Hening mengangkat kedua kakinya dan pergi menuju ruang keluarga. Tangisannya kembali pecah. Tak seorang pun menyadari jika itu adalah luapan rasa tertekan yang bertahun-tahun sudah membelenggu hidupnya. Beberapa kerabat mendekati dan mengusap-usap lengan Hening. Berusaha mengingatkan jika tidak ada kehidupan yang abadi di dunia ini. Jika sesungguhnya tidak ada sesuatu yang benar-benar kita miliki seutuhnya. Rasa Ikhlas akan mendekatkan sedangkan penguasaan justru menjauhkan. 

            Seminggu telah berlalu sejak pemakaman Indah usai dilakukan. Hening mengemasi barang-barang, menurunkannya dari lantai dua dan meletakkannya di teras depan.

“Mau kemana?” tanya ibunya dengan raut muka heran.

Rupanya Desti telah menunggu keberanian Hening disalah satu kursi teras yang terbuat dari kayu cempaka.

“Aku tidak mau bernasib sama dengan adik perempuanku.” Hening menghempaskan tubuh pada kursi di samping Desti.

“Mengapa Ibu melahirkan kami?” Hening setengah berbisik.

“Pertanyaan apa itu?” Desti balik mengangkat kedua alisnya hingga berkerut hampir menyambung antara yang kiri dan kanan.

“Kau tidak menginginkan kami, jadi kupikir lebih baik aku pergi dengan baik-baik. Ahhhh, Ayah dan Indah pun sebenarnya pergi dengan baik-baik juga. Tapi aku tidak mau mengikuti cara mereka. Aku punya caraku sendiri.” Hening menarik kedua sudut bibirnya dengan berlawanan arah yang membentuk senyum getir. Senyuman yang hanya mampu dipahami olehnya sendiri.

         “Ayahmu hanya seekor buaya darat!” wajah Desti datar

         “Mungkin Ibu yang membuat Ayah berganti rupa. Pernahkah terpikir seperti itu?”

            Desti merasa pipinya ditampar keras oleh seorang perempuan muda yang dia lahirkan di masa lalu. Darah mengalir deras ke ubun-ubun yang mulai tipis. Sebagian rambut yang dulu lebat dan hitam legam telah memilih untuk merontokkan helainya. Pilihan yang terpaksa mereka lakukan karena lahan tempatnya bergantung semakin kering dari cinta.

            “Mungkin saja,” desis Desti pelan. Dengan penuh perjuangan dia mengumpulkan tenaga untuk melembutkan nada suaranya.

            “Sepertinya ini hari yang baik untuk kita berdua. Aku tidak mau kehilangan kesempatan emas ini. Sekarang hanya ada engkau dan aku. Singkirkan status ibu dan anak. Kita adalah dua sejawat yang lama tidak berjumpa,” Hening semakin rileks.

Ini kali pertama ia  dapat berbincang dengan lebih landai. Waktu yang tepat untuk bicara dengan wanita yang selama ini terlihat asing dimatanya. Wanita yang kerap menguasai medan percakapan hingga suaranya lebih terdengar sebagai perintah.

            “Kemana tujuanmu setelah ini?” tanya Desti polos.

            “Aku pun tidak tahu. Yang ada dalam pikiranku hanya keluar dari rumah ini terlebih dahulu. Nanti akan kupikirkan di jalan. Lagi pula untuk apa Ibu mengetahuinya. Setahuku Ibu hanya mementingkan pikiran dan perasaan diri sendiri saja,” Hening memperbaiki rambutnya yang dipermainkan angin sore.

            “Semoga Engkau berhasil mencapai harapanmu. Tapi sebaiknya pastikan dulu tempat yang akan kau tuju. Sebuah rumah kos? Atau kontrakan? Terserah. Yang penting kau ada di tempat yang aman.” Desti getir.

            Hening memandang lekat wanita asing disampingnya. Dia bukan Desti yang dikenal selama ini. Wajahnya masih tidak percaya dengan perubahan sikap ibunya sendiri.

    “Sejak kapan Ibu berpikir tentang kebaikanku?” Hening mengungkapkan rasa penasarannya akan sikap Desti.

            “Sejak Ibu merasakan gerakan pertama kalian dalam rahim, yang bentuknya kini semakin menyusut.” Desti semakin lunak.

            “Pernahkah kau katakan hal ini kepada Indah?” Hening makin tidak percaya.

            “Belum sempat kulakukan. Dia keburu sakit lalu pergi. Tidak ada kesempatan lagi untuk bertutur dengannya. Ibu sangat menyesalinya, dan tidak ingin mengulang cerita yang sama kepadamu.”

            Hening merasa tubuhnya terangkat keatas. Perempuan dua puluh lima tahun itu merasakan dirinya melayang-layang menerima siraman cinta yang lama tidak dia dapatkan. Kehilangan Indah bagai momentum besar dalam perubahan pandangan Desti. Semua terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. 

       “Mengapa baru kudengar semuanya hari ini, Bu?” Hening memanfaatkan waktu yang masih tersisa, sebelum dia pergi dari rumah. 

            “Sebaiknya kita tidak membahas tentang masa lalu. Kita tidak dapat merubah yang sudah terjadi,” Desti melipat kedua tangannya di dada sambil menghembuskan napas berat.

            “Masa lalu tidak bisa di rubah, tapi masa depan bisa diperbaiki,” Hening bangun dan mengangkat kursi yang sedang dia duduki. Perlahan memindahkannya kedepan kursi yang dipakai Desti. Tubuhnya makin merendah, kembali meletakkan pantatnya di kursi yang sama. Kedua tubuh ibu dan anak itu kini berhadap-hadapan.

            “Masa depanku sudah lenyap bersama kepergian Indah. Masa depanmu yang masih panjang. Temuilah adik iparmu. Peluk cucuku yang sudah dia rawat selama ini. Aku bersalah kepada mereka semua. Egoku membuat Indah pergi dalam kesepian yang dalam. Sekarang baru kusadari jika akulah yang memisahkan keluarga kecil itu.” Desti menutup kedua matanya dalam-dalam.

            “Kesepian sudah menjadi derita yang paling mengerikan. Bukannya menolong Indah yang tidak berdaya, aku justru membawanya kedalam kubangan yang sama. Aku merasa sangat bersalah kepada Eva. Dia akan mengenangku sebagai seorang nenek yang jahat.” Desti menitikkan air mata.

            Sore kembali sepi.

            Hening mulai bimbang antara meneruskan rencananya untuk pergi atau meneruskan perbincangan menarik itu. Dia belum mendapatkan jawaban atas perubahan sikap perempuan keras kepala yang ada dihadapannya. 

            “Ibu juga memisahkan aku dari Teguh!” Hening menatap lekat.

      “Kami masih saling mencintai. Dibelakangmu, kami melakukan pertemuan. Ibu tidak bisa mengurungku selamanya. Imajinasiku berkeliaran dijalanan. Mimpi kami tetap membara. Bukankah semua nasib ciptaan kita sendiri? Lalu mengapa keyakinan Teguh mengganggumu?” Hening kembali bersuara.

            Desti diam membisu. Ingatan melayang jauh kebelakang.

          “Indah mencintai suami dan anaknya. Singapura bukan negeri yang jauh. Hati Ibu yang jauh. Indah berhak menentukan nasibnya sendiri. Dekat dengan keluarga kecil yang dia cintai. Indah juga…,” belum selesai Hening melanjutkan.

           “Sudahlah! Dia sudah dimakamkan. Biarkan aku yang menanggung semuanya.” Desti menepuk dadanya sendiri.

         “Bukan Bu, yang menanggung sikap Ibu adalah Eva. Bersama waktu dan kesibukannya, Ayah Eva mungkin akan melupakan Indah. Tapi Eva… Dia akan mengenang Indah disepanjang napasnya. Merindukan wajahnya, suaranya, aroma tubuhnya, rindu semua dekapan Indah.” Hening bangun dan merapikan tas-tas bawaannya.

            “Aku yang paling tahu bagaimana cara menjaga Indah. Hanya Aku yang mampu merawatnya dari penyakit itu!” Desti mulai terisak.

            “Indah sudah berhasil melahirkan seorang Eva. Tidakkah itu cukup bagimu? Kalau memang Ibu yang paling hebat, lalu mengapa Indah mati juga?” Nada meninggi membulatkan tekad Hening untuk pergi. 

Rupanya kesadaran Desti belum cukup untuk menahan satu anaknya yang lain. Hening pergi membawa tas-tas yang berisi beberapa helai pakaian dan keperluan pribadinya ke ujung gang. Menjumpai seseorang yang sudah menunggunya dengan sabar. Baginya nasib adalah pilihan. 

Bunga-bunga kamboja bermekaran di halaman rumah yang didominasi warna putih. Semenjak kepergian Hening, lima tahun terasa melaju dengan lambat. 

"Tendang yang kuat, Nek!" teriakan Eva membuat Desti makin semangat. Dengan terhuyung Desti mengejar bola yang dilempar Eva, kemudian menendangnya hingga terjungkal. Eva tidak mampu menahan tawa. Terpingkal-pingkal melihat neneknya jatuh bermandi debu. Mereka bermain dengan bahagia. Tawa canda membuat rumah berkilauan cahaya. Panji yang sedang sibuk di dapur samping tersenyum simpul melihat tingkah nenek dan cucu itu.

"Heningggg! masuklah!" suara Panji memecah lamunan Hening yang berdiri mematung dibalik pagar rumah yang rendah. Hening tidak tahu harus berkata apa. Panji segera mematikan kompor yang sedang menunaikan tugasnya. Sambil berlari kecil Panji mendekati Hening yang masih diam seribu bahasa.

"Heiii... darimana saja Kau? kita ngobrol di dalam yuk!" Panji merayu adik iparnya. Hening masih diam. Tidak satu kata pun meluncur dari bibirnya yang ranum.

"Semua merindukanmu. Aku lagi masak nasi goreng dengan sosis ayam. Kamu pasti suka. Ayolah!" Panji masih berusaha. Dia menggaet lengan Hening lalu menariknya ke arah pintu masuk sambil mengecup kening Hening dengan lembut.

Hening menghembuskan napas lalu tersenyum.

"Kita harus menahan diri. Setelah ini akan ada banyak waktu. Aku tidak percaya dengan semua yang terlihat hari ini. Aku terlampau bahagia." Hening berbisik pelan dan lembut, membuat Panji tersenyum lebar.

"Masuklah dulu, Tuan Puteri. Ijinkan hamba melayanimu!" Panji menundukkan kepalanya. Hening terkekeh kegirangan.

"Rupanya setelah seminggu kalian disini menemani Ibu, ada banyak perubahan yang sudah terjadi. Lalu bagaimana caranya menyampaikan tentang rencana kita?" Hening mulai menggelayut di lengan Panji yang kekar. 

"Sabar, Sayang! Kita akan menemukan cara yang tepat." Panji merangkul Hening dengan hangat.

Di halaman rumah, Eva dan Desti menyudahi permainan. Mereka memandang kearah Panji dan Hening yang tampak mendekat.

"Mamaaaaa!" teriak Eva sambil berlari kegirangan. Sudah setahun terakhir dia mendekap Hening seperti layaknya memeluk Indah.





 

Read More

Media Sosial (antara penolong/penghancur)

 MEDIA SOSIAL

(ANTARA PENOLONG ATAU PENGHANCUR)

 

Seorang Kaisar Romawi mengatakan, 

 

Bila Anda merasa tertekan oleh sesuatu di luar, kesengsaraan itu bukanlah karena sesuatu itu sendiri, melainkan dari penilaian Anda terhadapnya.

 

Apa makna penting dari ungkapan itu?

 

Sang Kaisar ingin menyampaikan bahwa kita adalah sumber dari segala kejadian. Semua yang terjadi pada diri kita adalah hasil dari kreativitas kita sendiri. Pengalaman yang baik, menyenangkan, sedih, duka, menyengsarakan dan berbagai pengalaman hiidup lainnya adalah ciptaan kita sendiri.

 

Lalu apa hubungannya dengan media sosial?

 

Bagi sebagian besar orang, salah satu kebutuhan pokok manusia saat ini adalah bermedia sosial. Berinteraksi dengan orang lain tanpa harus bertemu muka. Membangun kelompok-kelompok baru tanpa mengenal mereka secara personal. Mengembangkan maksud dan tujuan tertentu baik dalam bidang bisnis, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Ada berbagai macam target yang ingin dicapai, yang terkadang tidak terbaca dengan baik oleh netizen. Karena selain ada yang muncul ke permukaan sebagaimana adanya, banyak pula individu yang berkeliaran dengan topeng-topeng di wajah mereka.  

 

Pada saat Anda mengungkapkan cinta, kebahagian, kegembiraan, rasa antusias, rasa syukur kepada orang lain, dan mampu memengaruhi seseorang dengan begitu kuat, kemudian orang itu memengaruhi lebih banyak manusia lain, maka semua hasil positifnya akan kembali kepada Anda.


Anda tidak hanya menerima balasan cinta dari satu orang, melainkan dari semua orang yang sudah terpengaruh oleh pikiran, ucapan, dan sikap positif Anda.

 

Benar, cinta itu akan kembali kepada Anda dalam jumlah yang berlipat ganda, bahkan dari orang-orang tidak Anda kenal. 

 

Hal-hal baik apa yang akan dijumpai jika cinta kembali kepada kita dalam jumlah berlipat-lipat. Itu rahasia Semesta Raya. Hanya Anda yang telah menerima mampu untuk merasakannya. Rasa bahagia, suka cita, kejadian demi kejadian ajaib yang menjadi penolong, rejeki yang tiba-tiba hadir tanpa bisa ditebak, dan sebagainya. Semua akan menjawab pertanyaan itu dengan sempurna. 

 

Lalu bagaimana halnya jika Anda memengaruhi orang secara negatif?

Membangun opini yang menyesatkan, memberitakan kabar bohong dan penuh rekayasa, memelintir cerita sehingga Anda terkesan adalah korban ( playing victim ).

Tentu reaksi yang muncul dalam hidup akan setara dengan apa yang sudah Anda berikan. Semakin banyak orang yang terpengaruh untuk menghakimi sesuatu/seseorang/sekelompok orang secara negatif, maka semakin banyak kesusahan dan penderitaan yang akan Anda jumpai.

 

Sekarang semua kembali kepada diri kita masing-masing. 

Apakah kita akan menebar kebaikan atau memilih sebaliknya. 

 

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai netizen yang bijaksana?

Jangan langsung memercayai berita yang belum jelas sumbernya. Periksa kebenaran informasi dari pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan kabar tersebut. Hal penting lainnya, jangan melibatkan emosi dan perasaan Anda terlalu dalam pada sebuah kisah yang disajikan di media sosial (betapa bahayanya jika ternyata itu hanya gossip belaka maka kita sudah masuk dalam lingkaran negatif yang diciptakan penyaji kabar).




    Read More

    KETIKA MENIKAH MENJADI SEBUAH PILIHAN























    PERNIKAHAN NGERI-NGERI SEDAP

     

    Jika setiap pasangan yang telah menikah diberi pertanyaan, apa yang mereka tahu tentang kehidupan pernikahan mereka selama ini. Saya yakin semua yang sudah pernah menikah akan berpendapat jika hidup bersama dalam sebuah pernikahan tidak setiap saat seindah dalam cerita dongeng.

     

    Lalu mengapa orang mau menikah? 

    Mengapa seringkali kita mendengar pertanyaan, sudah menikah? Kapan menikah? Mengapa tidak menikah? dan seterusnya.

    Sebagian besar orang bahkan menjadikan menikah sebagai salah satu rencana hidup yang diusahakan. 

     

    Kita dihadirkan ke dunia dengan tujuan untuk terus berusaha mencari dan menemukan. 


    Apa yang harus dicari? Apa yang harus ditemukan?

    Tentunya pertanyaan seperti itu akan bermunculan ke permukaan. 

    Kelahiran setiap jiwa ke bumi ini mempunyai misi mereka masing-masing. Sayangnya kita tidak mampu menyadarinya langsung ketika pertama kali menghirup udara bebas setelah sembilan bulan dalam kandungan ibu. Didalam perjalanan kita terus belajar, beradaptasi, mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang hadir. Sampai pada akhirnya kita akan menyadari ternyata tujuan itu adalah untuk menemukan jati diri kita sendiri. 

     

    Pernikahan bisa menjadi salah satu tempat untuk menemukannya. Catat ya, salah satu tempat!

    Karena itu sebagian besar orang meyakini bahwa pernikahan adalah ibadah. Sebuah sekolah yang tidak pernah selesai.

    Ketika perjalanan itu telah dimulai jangan sampai lupa diri dan semakin jauh dari tujuan untuk menemukan jati diri. 

     

    Ada beberapa hal yang harusnya dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Semua bertujuan untuk mendapatkan pernikahan yang lebih baik dan sesuai harapan. 


    Hal pertama yang harus disadari adalah ketika kita menikah dengan pasangan, maka kita juga secara otomatis “menikah” dengan keluarga pasangan. Menikah dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, menikah dengan karakter yang aslinya baru terpampang nyata setelah hidup bersama.

    Apa jadinya jika kita menyadari hal itu setelah menikah? Pastinya rasa tertekan akan menguasai kehidupan kita. Merasa dipaksa untuk menerima atau justru merasa harus menyelamatkan diri dengan cara menjauh dari "atribut" yang melekat pada diri pasangan. Keluarga besar pasangan, misalnya.

    Tidak sedikit yang memilih pergi merantau, membatasi diri untuk berkomunikasi dengan keluarga pasangan, menjaga jarak aman, pura-pura sibuk, dan lain sebagainya.

     

    Setelah memasuki area pernikahan akan muncul banyak pengalaman baru. Kita tidak lagi menjadi individu yang bebas memutuskan segalanya sendiri. Ada pihak lain yang harus kita pertimbangkan pendapatnya, ada kepentingan lain yang harus kita pahami dengan lebih bijaksana. Komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat vital. Tanpa pemahaman yang sama, mustahil bisa berjalan dengan nyaman.

     

    Bisa dibayangkan jika seseorang menganut paham egosentris maka usia pernikahan sudah dipastikan hanya seumur jagung. Tidak ada satu orang pun di dunia ini ingin hidup dalam tekanan, dipaksa untuk mengorbankan hati dan pikiran, tubuh dan jiwanya hanya untuk kepentingan dan kesenangan yang lain/pasangan.

     

    Setiap pernikahan adalah unik. Kita tidak bisa membandingkan hidup pernikahan satu pasangan dengan pasangan lainnya walaupun tantangan yang mereka hadapi hampir mirip. Semua pasangan yang menikah selalu dihadapkan dengan peluang bersama anak-anak mereka, mertua, ipar, keluarga besar, dst.

     

    Dunia ini seimbang. Begitupun pernikahan. Disaat kita kehilangan sesuatu maka kita pun akan mendapatkan hal yang lain. Karena hukum pertukaran tetap abadi sampai detik ini. Untuk mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan, maka kamu harus rela untuk melepaskan sesuatu yang lain. Yang harusnya dipelajari adalah bagaimana caranya kita untuk melepas tanpa merasa kehilangan. Menerima tanpa merasa menguasai.

     

    Hanya karena sebuah pernikahan terlihat baik-baik saja bukan berarti tidak ada persoalan yang terjadi di dalamnya. Terkadang ada orang-orang yang menolak ingat akan keberadaan hukum ini. Mengira bahwa kita bisa mendapatkan semuanya tanpa usaha (apalagi gratis).

    Kita akan menerima segala sesuatu setara dengan yang kita berikan. 


    Setiap pernikahan membutuhkan keluasan hati. Pernikahan mampu membelokkan arah dan kebiasaan hidup seseorang. Bisa dibayangkan ada berapa banyak perempuan-perempuan yang mempunyai gelar sarjana harus melepas pekerjaannya demi keluarga mereka. Memilih untuk menjadi sopir pribadi anak-anak, menjadikan dapur  dan halaman rumah sebagai tempat berkarir tanpa gaji dan jatah cuti. Parahnya masih saja ada pasangan yang cepat merasa tidak seberuntung orang lain. 

     

    Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Tetaplah waras, Bro!

     

    Menjalani hidup jangan sampai membuat kita lupa diri. Tetaplah awas dan sadar. 


    Jangan melepas banyak hal untuk mendapatkan sebuah tujuan yang tidak jelas. Rela menukar apa yang sudah ada dalam genggaman dengan hal-hal yang belum tentu baik untuk kita.

    Menukar waktu bersama anak2, istri, keluarga, diri sendiri untuk hal-hal yang tidak sepenuhnya menguntungkan. Karena waktu yang sudah berlalu tidak bisa diputar ulang. Kita tidak bisa kembali ke titik semula.

     

    Susah dan senang adalah dua hal yang selalu bergandengan tangan. Setiap kebahagiaan selalu  menyimpan sisi sulitnya sendiri. Dalam rumah tangga tanpa “kekerasan” sekalipun, pernikahan tidak melulu dipenuhi moment-moment bahagia. 

    Kita tidak bisa menilai sebuah pernikahan adalah gagal atau tidak hanya karena pernah terjadi pertengkaran atau perbedaan pandangan.

    Terkadang kesalahan terbesarpun masih mereka toleransi demi sebuah tujuan besar yang lainnya.

    Selalu ada masa-masa romantis, tetapi juga ada saat kita merasa jengkel, kesal, marah, kecewa, dan terluka. Entah dengan pasangan, keluarga, dll. Sekaya apapun seseorang, ada saatnya dia sesekali merasa kurang. Sebahagia apapun seseorang pasti pernah diterpa luka dan rasa duka.


    Begitulah hidup. 

     

    Ketika seseorang mendapatkan sesuatu dibawah ekspektasi, maka yang hadir menyelinap itu adalah rasa kecewa. Menjadi kecewa itu biasa sepanjang kita mampu mengelolanya dengan baik. Istilah anak muda sekarang jangan mudah baper (terbawa perasaan). Keahlian ini memang membutuhkan latihan berkali-kali, tetapi bukan berarti tidak bisa.

     

    Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Sesekali membuat keputusan yang salah adalah wajar selama tidak melakukannya berkali-kali. Mengikuti google map juga terkadang dibuat nyasar. Yang semestinya disadari adalah memaafkan itu ternyata berbeda dengan menyembuhkan luka. Disaat pasangan kita sudah memutuskan untuk memaafkan, maka bantulah dia untuk menyembuhkan lukanya. 

     

    Pasangan yang menolak sebuah saran bukan berarti dia berani menentang.  Menolak tidak sama dengan melawan. Setiap orang punya alasan untuk menolak satu atau beberapa pilihan tanpa harus menjelaskan secara rinci dan ilmiah alasan-alasan penolakannya. 


    Yuk’s mulai belajar menghargai dari rumah sendiri.

     

    Setiap mahluk punya fase istirahat. Melihat istri tertidur atau duduk santai ketika suami pulang kerja bukan berarti dia bermalas-malasan sepanjang hari. Istirahat sangat jauh berbeda dengan malas. Istri/suami jangan merasa bersalah saat membutuhkan fase ini.  Hal ini rentan dialami saat memiliki satu atau lebih anak yang berusia balita. Pekerjaan rumah sangat mungkin terbengkalai karena harus merawat balita yang nota bene aktif bergerak dengan rasa ingin tahu yang besar. Jika suami yang pulang kerja langsung protes karena lantai kotor belum disapu, istri yang kelelahan seharian dirumah berjuang akan merasa sakit hati. Sekedar makan atau mandi saja membutuhkan perjuangan hebat, dengan mudahnya suami menempelkan kesan malas itu. Berhati-hatilah kalau istri tidak hobby ngomel, maka kesan-kesan yang menyakiti hatinya akan tersimpan rapi dalam ingatan. Parahnya lagi kalau tinggal serumah dengan mertua. Terkadang ada mertua yang merasa paling rajin di dunia. Melihat menantunya istirahat membuat hatinya panas. Ini persoalan yang berbeda lagi.

     

    Wahhhh! terbayangkan rumitnya sebuah hidup pernikahan. 

     

    Nyatanya pernikahan juga menyimpan sisi manfaat yang menyenangkan. Sebagai keputusan hidup yang sakral, menikah dapat meningkatkan gaya hidup sesorang menjadi lebih sehat dan bahagia. Yang terpenting adalah memiliki kemampuan merasa cukup dan mensyukuri anugerah semesta. Terkadang konflik hadir dari yang ringan sampai dengan pertengkaran hebat. Sesekali mengalah bukan berarti kalah. Karena menikah tidak sama dengan bertarung. Diam bukan berarti berhenti, melainkan istirahat sejenak untuk mempersiapkan langkah start kearah yang lebih baik.

     

    Hidup tak selamanya bahagia atau selamanya susah. Untuk tetap bertahan, badai pun harus terus bergerak. Dia tidak akan diam disatu tempat secara terus menerus.

    Jangan memenjarakan diri dengan membiarkan tubuh dan pikiran terjebak dalam perasaan dan pikiran yang tidak tepat (alias berlebihan).

     

    Diluar rumah kita berjuang, beringas bertarung dengan segala tantangan dan pekerjaan. Kembali ke rumah adalah saat kita kembali memeluk rasa tenang dan damai. Yang mampu menciptakan itu semua adalah diri kita sendiri.

     

    Hanya karena seseorang pernah gagal dalam menjalin hubungan dalam pernikahan, bukan berarti dia tidak boleh melanjutkan kebahagiaannya. Di depan jalan masih terbentang panjang. Kita tidak mungkin duduk sepanjang waktu membolak-balik buku cerita yang sama. Hal yang paling tepat dilakukan saat mengalami kondisi darurat adalah menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu. Semua kembali kepada pribadi masing-masing. Niat baik pasti akan membantu hidupmu disaat yang tepat.

     

    Lalu mengapa orang-orang sangat peduli menanyakan kapan akan menikah? Kapan akan punya anak? Tanpa menyampaikan tantangan apa saja yang ada di depan. Seringkali kita dengar kata-kata, “Nikah saja dulu, nanti belajarnya sambil jalan.”

    Walaupun ungkapan itu bernada memberi semangat agar tidak takut dan pesimis, alangkah baiknya generasi milenial tetap bijaksana dalam mengambil langkah hidup mereka. Persiapan yang matang sebelum menikah tentu akan lebih baik daripada tidak sama sekali. Apapun keputusannya, semua mempunyai nilai lebih dan kurangnya masing-masing.

     

    Tulisan ini dibuat bukan karena penulisnya merasa paling sukses dalam melalui pernikahannya. Catatan ini lahir dari sebuah pengalaman yang masih terus melaju ke depan, kepada waktu yang tetap menjadi misteri bagi setiap jiwa. Proses belajar terus berlangsung sepanjang hidup. Pelajarannya menyesuaikan waktu, tempat, dan situasi yang terus berubah-ubah.

     

    Bagi saya, tidak ada yang sempurna sebelum perjalanan itu selesai.

     

    Jika ada yang harus diperbaiki, mari kita bertutur bersama dengan secangkir kopi dan pisang goreng di meja makan.

     

    Love you Universe




     




     

    Read More